dari sinilah salah satu sumber Sungai Sengkarang / Kali Pencongan. mengalir membelah Pekalongan sejauh 52 kilometer, dari pegunungan serayu utara yang akhirnya bermuara di laut jawa. Sungai Sengkarang sendiri merupakan induk pertemuan dari banyak aliran anak sungai. sumber mata air pertamanya berada di antara dukuh Kumenyep dan Igir Gede di Petungkriyono, lalu bertemu dengan aliran Curug Bajing, d i bawah bukit Perbuta bertemulah dengan aliran Kali Pakis juga Kali Planangan. mengalir ke barat laut ke wilayah Lebakbarang, tepat di kaki bukit Pronggo bertemu dengan Kali Candrageni juga sungai-sungai kecil lainnya. berbelok ke utara masuklah ke Karanganyar, bertemulah dengan Kali Wisnu di desa Lolong, lalu bertemu dengan Kali Blimbing di antara desa Pododadi dan Kutosari. memasuki wilayah Wonopringgo, bendungan Kletak menjadi titik pertemuan Sungai Sengkarang dengan Sungai Welo yang berasal dari mata air Dranan di gunung Kendalisodo Petungkriyono. sampai akhirnya menjelang hulu, bertemul
berbekal informasi dari seorang teman mengenai keberadaan sebuah benda cagar budaya berupa yoni di desa tersebut maka mebuat diri saya berkunjung ke sana. adalah berupa Yoni atau masyarakat menyebutnya sebagai Watu Klenteng yang kini disimpan di balai desa Pajomblangan 2 tahun terakhir ini. bersama ibu Ui Duhana dan bapak Toriq yang merupakan kepala dusun setempat menjelaskan mengenai asal muasal penemuan Yoni tersebut, berawal dari sebuah kerja bakti tahun 1976 guna pelebaran jalan tanpa disengaja warga menemukan Yoni tersebut di semak bambu yang lebat yang letaknya di sebelah timur sebuah mata air atau warga sekitar menamakanya sebagai Belik atau Jumbleng, dari sini pula muncul sebagai asal usul nama desa. tentang dekatnya lokasi Yoni dengan mata air, hal itu langsung mengingatkan pada secuil pengetahuan saya, dimana setiap tempat pemujaan pada masa lampau selalu berdekatan dengan sumber air, hal itu mengacu pada pola ketonis kepercayaan luhur mengenai pentingnya air. selain unsu