Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Sumber Air Kali Sengkarang (Pencongan) Pekalongan

dari sinilah salah satu sumber Sungai Sengkarang / Kali Pencongan. mengalir membelah Pekalongan sejauh 52 kilometer, dari pegunungan serayu utara yang akhirnya bermuara di laut jawa. Sungai Sengkarang sendiri merupakan induk pertemuan dari banyak aliran anak sungai. sumber mata air pertamanya berada di antara dukuh Kumenyep dan Igir Gede di Petungkriyono, lalu bertemu dengan aliran Curug Bajing, d i bawah bukit Perbuta bertemulah dengan aliran Kali Pakis juga Kali Planangan. mengalir ke barat laut ke wilayah Lebakbarang, tepat di kaki bukit Pronggo bertemu dengan Kali Candrageni juga sungai-sungai kecil lainnya. berbelok ke utara masuklah ke Karanganyar, bertemulah dengan Kali Wisnu di desa Lolong, lalu bertemu dengan Kali Blimbing di antara desa Pododadi dan Kutosari. memasuki wilayah Wonopringgo, bendungan Kletak menjadi titik pertemuan Sungai Sengkarang dengan Sungai Welo yang berasal dari mata air Dranan di gunung Kendalisodo Petungkriyono. sampai akhirnya menjelang hulu, bertemul

situs cagar budaya "watu klenteng" di desa pajomblangan kec. kedungwuni kab. pekalongan.

  berbekal informasi dari seorang teman mengenai keberadaan sebuah benda cagar budaya berupa yoni di desa tersebut maka mebuat diri saya berkunjung ke sana. adalah berupa Yoni atau masyarakat menyebutnya sebagai Watu Klenteng yang kini disimpan di balai desa Pajomblangan 2 tahun terakhir ini. bersama ibu Ui Duhana dan bapak Toriq yang merupakan kepala dusun setempat menjelaskan mengenai asal muasal penemuan Yoni tersebut, berawal dari sebuah kerja bakti tahun 1976 guna pelebaran jalan tanpa disengaja warga menemukan Yoni tersebut di semak bambu yang lebat yang letaknya di sebelah timur sebuah mata air atau warga sekitar menamakanya sebagai Belik atau Jumbleng, dari sini pula muncul sebagai asal usul nama desa. tentang dekatnya lokasi Yoni dengan mata air, hal itu langsung mengingatkan pada secuil pengetahuan saya, dimana setiap tempat pemujaan pada masa lampau selalu berdekatan dengan sumber air, hal itu mengacu pada pola ketonis kepercayaan luhur mengenai pentingnya air. selain unsu

Situs Cagar Budaya Lingga Yoni Nogopertolo di desa Tlogopakis, Petungkriyono, Pekalongan.

 U ntuk mengunjunginya kita harus mengisi buku tamu dan meminta izin kepada juru kunci bernama bapak Ribut. dinamakan juru kunci karena beliau lah pemegang kuncinya, memang area situs ini selalu terkunci sejak dibangunnya pagar tembok pada tahun 2007 yang diprakasai oleh kapolres Petungkriyono saat itu bernama bapak Dewa Bagus Made Suharsa dengan maksud untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. bapak Ribut sendiri adalah juru kunci generasi ke tiga, ditunjuk menjadi juru kunci pada tahun 1992 menggantikan pamannya bapak Hasim, dimana sebelumnya dijabat kakek bapak Ribut yaitu bapak Wahid. selepas berbincang, akhirnya kami memulai perjalanan untuk menuju situs. butuh waktu sekitar 10 menit dengan jarak kurang lebih 450 meter dari ujung barat daya desa. perjalanan yang agak melelahkan menyusuri sawah, menyebrang sungai, terbayar sudah saat sampai di lokasi situs dengan pemandangan perbukitan juga persawahan yang menghampar. dapat identifikasi bahwa situs benarlah sebuah Lingga-Y

Jejak Leluhur di Linggoasri, Pekalongan.

 Hallo sedulur, kali bahas desa Linggoasri di kecamatan Kajen, Kabupaten Pekalongan. suatu sore yang suntuk akhirnya memunculkan ide mblusuk tipis tipis ke Linggoasri, bersama dengan teman saya dari rumah saya di daerah Wiradesa memakan waktu sekitar satu jam dengan menggunakan sepeda motor, kekuatan sedang yaa lurd. desa yang berjarak sekitar 30 kilometer dari jalan pantura atau sekitar 14 kilometer dari Kajen ini memiliki akses jalan yang baik, yaitu satu jalur dengan jalan menuju Dieng.  Oke,,singkat cerita sampailah di desa yang memiliki ketinggian 700 meter di atas permukaan laut ini. Linggoasri sendiri sangat akrab dengan telinga orang Pekalongan, sebagai tempat wisata selain itu terkenal dengan villanya yang adem, hehehe. desa yang lumayan sering saya kunjungi ini baru kepikiran untuk menelusuri kedalam perkampungannya. jadi menurut informasi yang saya dapat di desa ini tersimpan warisan leluhur berupa batu Lingga, berdasarkan teknologi GPS (Golek Pitakon System) saya bertanya

Situs Balekambang di Gringsing Batang.

 Situs Balekambang yang menyegarkan ini terletak di dukuh Sidorejo, desa Krengseng, Gringsing, kab. Batang. dahulu disekitar situs terdapat arca Vasudara, arca Durga, 2 Jaladhwara, 3 makara yang kini tersimpan di Museum Ronggowarsito, Semarang. kini di lokasi hanya tersisa tumpukan bebatuan kuno, juga batu bereliefkan bunga teratai di bawah pohon. sebuah Prasasti yang dikenal sebagai Prasasti Bendosari/Balekambang juga menjadi saksi Balekambang di masa lampau. Prasasti dengan ciri fisik ti nggi 85 cm, lebar 44 dan tebal 34 cm ditulis menggunakan huruf Pallawa berbahasa Sansekerta diperkirakan berasal dari abad 7 - 9 masehi. Prasasti dengan kondisi aus, lagi patah menjadi dua bagian ini masih bisa terbaca dibeberapa baris dengan isi pujian terhadap mata air yang sama sucinya dengan sungai Yamuna.

situs Candi Gamelan di dukuh Bleber, desa Sastrodirjan, kec. Wonopringgo, Pekalongan.

 Terletak ditepian pematang sawah, situs yang masyarakat sekitar menyebutnya sbg "candi gamelan" ini terdapat beberapa batuan yang serupa bentuk gamelan, selain itu terdapat umpak, batu dakon dan menhir dengan ukuran kecil yang merupakan ciri budaya megalitik, hal ini nampak jelas dengan adanya batu yang digunakan berupa satu batu tunggal (monolit), dengan pola melingkar. nah pada zaman Megalitikum, para arkeolog sendiri menyebutkan bahwa situs semacam ini biasanya dipakai sebagai sarana pemujaan sebagai implementasi kepercayaan Animisme dan Dinamisme. jadi sebelum kedatangan agama agama yang ada sekarang, moyang kita sudah memiliki sistem pantheon-nya sendiri.  Di luar pembahasan i lmiah, masyarakat Sastrodirjan sendiri memiliki kisah kearifan lokal tentang situs ini juga menjadi asal usul nama desa Sastrodirjan dan nama Wonopringgo. mereka mempercayai bahwa situs ini peninggalan Sunan Kalijaga sebagai metode dakwah dalam menyebarkan agama Islam di desa tersebut, saat itu S

Situs Linggo Yoni Sabdo Kirono di Karanganyar - Pekalongan

Tidak seperti namanya Linggo Yoni, situs ini sebenarnya lebih mirip kepada bentuk Lumpang / Cobek, selain itu terdapat artefak mirip kapak batu, alu batu, dan bola batu terbuat dari batu andesit yang nampak pembuatannya belum halus seperti situs Gedong di Petungkriyono. walaupun berbentuk Lumpang, makna penamaan Linggo Yoni dalam situs ini sendiri memiliki artian yang luas. bagi masyarakat Jawa memandang Linggo Yoni, selain menggambarkan aspek Purusa-Pradhana yang terpengaruh unsur Hindu, Linggo Yoni juga memiliki filosofi kerangka dasar dalam kehidupan manusia. terletak di antara sungai dan pemakaman umum, situs ini juga dikenal sebagai Watu Cowet yang memiliki arti Batu Cobek (Cowek), nama ini pula yang digunakan untuk menamakan dukuh Sicowet.  terletah di tengah perkebunan durian arah makam dukuh Sicowet, desa Pododadi, kecamatan Karanganyar, Kabupaten Pekalongan. situs ini nampaknya terpelihara dengan baik melihat bangunan yang menaungi situs ini. disitu juga terpasang papan yang

Situs Dharmasala di Dieng Banjarnegara

 Berada di barat kompleks Candi Arjuna, situs yang berupa pondasi bangunan lengkap dengan umpak-umpak yang berjajar rapi, hal ini membuktikan bahwa terdapat bangunan yang terbuat dari kayu pada masa lalu di sekitar Candi Dieng. para arkeolog sendiri menamakan situs ini dengan nama Dharmasala (IAST: Dharmaśālā), berasal dari bahasa Sanskerta yang memiliki makna tempat tinggal rohani. dengan konsep semacam shelter atau tempat istirahat untuk peziarah spiritual. mengacu pada kons ep Dharmasala di India sana, Dharmasala biasanya dibangun di dekat tempat-tempat ziarah suci. memberi peziarah tempat untuk tidur selepas dari perjalanannya yang jauh. selain itu Dharmasala juga digunakan sebagai aula pertemuan, tempat belajar mengajar juga sebagai tempat persiapan menjelang upacara agama. mungkin kalau di zaman sekarang ini, Dharmasala mirip dengan Bale Wantilan yang ada di Bali, yang biasanya terletak di Jaba Pura (bagian terluar dari tempat suci).   Nampak juga 2 sumur di sekitar situs Dharma

Situs Baron Sekeber / Arca Dwarapala di Doro Pekalongan

                 Perjalanan kali ini saya memutuskan untuk mengunjungi situs Baron Sekeber di dukuh Kaum, desa Rogoselo, kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan. berbekal petunjuk dari warga setempat saya dan seorang teman memulai penelusuran situs ini. setelah kendaraan kami pakirkar di dekat warung di sekitar Bendungan Rogoselo kami mulai berjalan kaki menuju ujung lapangan setempat, setelah itu kami menyeberangi sungai dan menyusuri hutan karet PTPN IX, dan hal itu harus terulang tiga kali untuk mencapai situs tersebut. nyebrang sungai, nyusuri hutan, nyebrang sungai lagi, berjalan di hutan lagi, dan nyebrang sungai lagi. sebenarnya ada rute yang mudah namun jauh dari pemukiman warga, yaitu di salah satu persimpangan jalan yang menghubungkan desa Rogoselo dengan desa Pungangan, dari persimpangan itu kita cukup menuruni bukit lalu nyebrang sungai sekali dan langsung akan nampak pagar yang mengelilingi situs.  Setelah bergulat dengan air dan semak perdu, akhirnya kami sampai di situs B