Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2013

Sejarah Kabupaten Batang

Legenda merupakan cerita rakyat pada jaman dahulu yang ada hubungannya dengan peristiwa sejarah, misalnya tentang nama asal-usul suatu daerah, asal-usul suatu danau atau gunung dan sebagainya. Cerita ini berkembang secara lisan, dan turun-temurun, bagi setiap daerah memiliki legenda yang diyakini kebenarannya oleh sebagian orang. Contohnya legenda tentang kota Batang. Menurut legenda yang sangat populer, Batang berasal dari kata              “ Ngembat Watang “ yang berarti mengangkat batag kayu.hal ini di ambil dari peristiwa kepahlawanan Ki Ageng Bhahurekso, yang dianggap sebagai cikal bakal Batang. Ki Ageng Bhahurekso adalah anak dari Ki Ageng Cempaluk dari Kesesi (Sebelah Selatan kota Pekalongan, sekarang telah menjadi daerah Kecamatan Kesesi sebagian dari Kabupaten Pekalongan). Adapun legendanya diceritakan sebagai berikut : Konon pada waktu kerajaan Mataram di bawah kekuasaan Sultan Agung Hanyokrokusumomempersiapkan daerah-daerah pertanian untuk mencukupi persediaan beras

Uniknya Logat Bahasa Pekalongan

Bahasa Jawa Pekalongan  atau  Dialek Pekalongan  adalah salah satu dari dialek-dialek  Bahasa Jawa  yang dituturkan di pesisir utara tanah Jawa, yaitu daerah  Jawa Tengah  terutama di  Kota Pekalongan  dan  Kabupaten Pekalongan . Dialek Pekalongan termasuk bahasa "antara" yang dipergunakan antara daerah  Tegal  (bagian barat),  Weleri  (bagian timur), dan daerah  Pegunungan Kendeng  (bagian selatan). Dialek Pekalongan termasuk dialek Bahasa Jawa yang "sederhana" namun "komunikatif". Meskipun ada di Jawa Tengah, dialek Pekalongan berbeda dengan daerah pesisir Jawa lainnya, contohnya Tegal, Weleri/Kendal, dan Semarang. Namun oleh orang  Jogya  atau  Solo , dialek itu termasuk kasar dan sulit dimengerti, sementara oleh orang Tegal dianggap termasuk dialek yang sederajat namun juga sulit dimengerti. Sejarah Pada abad ke-15 hingga abad ke-17, Pekalongan termasuk daerah Kesultanan Mataram. Awalnya dialek Pekalongan tak berbeda dengan bahasa yang dipergu

Sego Megono

Sego Megono atau bahasa Indonesianya Nasi Megono adalah nasi liwet yang disajikan dengan rajangan nagka muda dicampur dengan kecombrang. Sego Megono yang asli warnanya agak pucat dan tidak menarik. Sego Megono seperti ini dibuat dari kerak nasi (pada zaman dahulu), sedangkan yang putih bersih biasanya dibuat dari nasi. Sego Megono inilah yang sekarang umum beredar. Banyak juga masyarakat Pekalongan yang membuat campuran Sego Megono dari berbagai macam sayur, tidak hanya nangka muda namun tetap dengan bumbu yang sama enak dan nikmat. Beberapa sayuran yang juga digunakan adalah rebung, kacang panjang, labu, dan pepaya muda. Nangka muda ini atau sayuran lain ini dicincang halus dengan balutan bumbu kelapa yang cukup pedas nan gurih. Sayuran tersebut dicampurkan dengan nasi yang sudah tanak dan sering ditambahkan dengan sambal “jenggot” yaitu sambal yang terbuat dari parutan kelapa. Sekilas tampilannya mungkin tidak menarik, namun ketika sudah sekali dinikmati, wuih, dijamin Anda akan k

Pekalongan Dulu dan Sekarang

Keberadaan Kabupaten Pekalongan secara administratif sudah berdiri cukup lama yaitu 3.813 tahun yang lalu. Berdasarkan kajian ilmiah oleh Team Peneliti Sejarah Kabupaten Pekalongan yang terdiri dari jajaran eksekutif, tokoh masyarakat dan dari kalangan akademisi serta dengan adanya barang - barang bukti  peninggalan sejarah muncul lima prakiraan tentang kapan Kabupaten Pekalongan itu lahir, lima prakiraan yang menjadi kajian adalah masa Prasejarah, masa Kerajaan Demak, masa Kerajaan Islam Mataram, masa Penjajahan Hindia Belanda dan masa Pemerintahan Republik Indonesia. Hari Jadi Kabupaten Pekalongan telah ditetapkan pada Hari Kamis Legi Tanggal 25 Agustus 1622 atau pada 12 Robiu’l Awal 1042 H pada masa pemerintahan Pangeran Manduroredjo, beliau merupakan Bupati / Adipati yang ditunjuk dan diangkat oleh Sultan Agung / Raja Mataram Islam dan sekaligus sebagai Bupati Pekalongan I, sedangkan penentuan hari dan tanggalnya diambil dari sebagaimana biasa tradisi pengangkatan Bupati dan p