KEKUASAAN MATARAM ISLAM DI PEKALONGAN
(mataram islam 1613-1645)
di kisahkan tentang negri mataram yang damai dan sejahtera pada masa kepemimpinan raja SULTAN AGUNG HANYONGKRO KUSUMO yang kekuasaanya mencakup seluruh pulau jawa, sumatra, bali dan pulau pulau lainnya.
Pada waktu itu bangsa belanda dan portugis telah masuk dan menginjakkan kaki di tanah jawa, karena belanda masuk pada tahun 1596. Yang tepatnya semenjak kerajaan demak belnada sudah ada di tanah jawa.
Babat tanah PEKALONGAN bermula dari kisah seorang pemuda yang bernama JOKO BAHU putra tunggal KI-AGENG CEMPALUK yang ingin mengabdikan diri di kerajaan mataram. Dia "joko bahu" berasal dari sebuah desa kecil yang bernama kesesi atau asal dari kata "kasisian" yang artinya pengasingan. Karena Ki ageng cempaluk adalah punggawa mataram yang karena kesalahan apa lalu dia diasingkan dan membangun padepokan didesa tersebut. Yang letaknya antara lain di hulu kali comal. Konon kesaktian ki cempaluk ini sudah terdengar lama dan menjadi buah bibir di kraton mataram. Maka tanpa banyak pertimbangan sultan agung menerima bakti joko bahu
Namun sudah menjadi sarat mutlak, setiap prajurit yang hendak mengabdi kepada negara harus melalui tiga tahap pendadaran atau uji kesetiaan pada negara terlebih dahulu. Termasuk kemampuan mengatasi masalah dan olah keprajuritannya.
Maka pendadaran tahap pertama yang diberikan sultan adalah: membendung kali sambong, karena setiap musim kemarau selalu saja sawah-sawah rakyat disepanjang aliran sungai itu selalu kekeringan. dan dengan membendung kali sambong di KABUPATEN BATANG diharapkan air dapat naik dan mengairi sawah-sawah disekitar tempat itu sehingga hasil panen akan meningkat. Dan itu adalah salah satu kebijakan raja mataram untuk meningkatkan kemakmuran negrinya di bidang pertanian.
Sedang Kali sambong sendiri terkenal angker, dan sudah beberapa kali di lakukan pembendungan namun selalu gagal dan gagal.
Berangkatlah joko bahu untuk membendung kali sambong, dengan perbolehkan membawa beberapa orang prajurit. Al-kisah setelah pembendungan dimulai sedikit demi sedikit. Ditengah berlangsungnya proyek pembendungan terjadilah keanehan-keanehan yaitu: setiap pagi ketika para prajurit hendak melanjutkan pekerjaannya mereka yang belum selesai itu, ia selalu mendapati tanggul yang mereka kerjakan kemarin telah rontok dan bubar kembali. Kejadian itu terus berulang-ulang sampai tiga hari berturut-turut. Tentu saja hal itu membuat joko bahu menjadi bingung bukan kepalang. Al-kisah joko bahu melakukan tapa brata dan bertemu dengan siluman yang menunggui kali itu, siluman itu konon adalah welut putih.terjadi tawar-menawar kepentingan antara kedua belah pihak namun tak ada mendapat kata sepakat alias buntu, maka terjadilah perkelahian sengit antara dua belah pihak konon akhirnya di menangkan joko bahu.
Keberhasilan joko bahu menjalankan tugasnya ini di sambut gembira oleh sultan agung. Lalu datanglah pendadaran tahap kedua yakni membuka lahan baru di tepi pantai utara sebelah kabupaten batang, yakni alas GAMBIRAN atau sekarang gambaran, Waktu itu alas gambiran adalah alas yang sering dihindari oleh para rombongan pedagang yang melakukan pejalan jauh karena keadaannya yang angker dan tak tersentuh. dulu para rombongan pedagang yang melakukan pejalan jauh lebih memilih lewat daerah sebelah selatan yang lebih aman.
Karena konon setiap orang yang masuk kehutan gambiran pasti dia hanya akan berputar-putar didalamnya dan tak pernah bisa kembali keluar lagi dengan selamat, begitupun yang di alami para prajuritnya joko bahu yang di suruh memasuki hutan itu dan mereka tak kembali lagi. Mereka hanya berputar-putar tak tentu.
Kemudian al-kisah joko bahu melakukan tapa brata yaitu tapa ngidang atau meniru sifat kidang. akan tetapi joko bahu tetap tak mampu untuk mengalahkan raja siluman penunggu hutan itu. maka dengan sigap joko bahu segera pulang ke padepokan kesesi untuk mengadukan hal tersebut pada ki ageng cempaluk dan atas saran ki ageng cempaluk, joko bahu di sarankan untuk melakukan "tapa ngalong" tapa brata yang menirukan posisi kalong, yaitu dengan tidur kaki dengan menggantung di pohon tiap siang selama 40 hari "kemudian tempat dimana joko bahu melakukan tapa ngalong itu kini disebut PEKALONGAN" ( Kata-kata "pe" yang menandakan sebuah tempat kalong adalah dimana joko bahu melakukan tapa kalong)
setelah empat puluh hari berlalu, seselesailah tapa-ngalongnya, singkat cerita joko bahu dapat mengalahkan raja siluman itu dan bisa melanjutkan menebang kayu-kayu disitu tanpa ada satu hambatanpun sampai selesai dan dapat pulang ke mataram dengan membawa hasii.
Tentu saja kabar baik ini membuat hati sultan agung gembira. dan konon setelah joko-bahu sowan ke mataram, dan sultan agung langsung menganugrahkan gelar adipati dengan julukan KI-BAHU REKSO dan sekaligus menetapkan di daerah kendal. mulailah sejak saat itu dia menjabat adi pati kendal.
akan tetapi cerita tak berakhir sampai di situ karena masih ada tugas yang terbengkalai, yaitu pendadaran tahap ke tiga. Maka belumlah sempurna bahu rekso menjadi adi pati kalau belum menjalankan tugas ketiga yaitu ia di tugaskan untuk melamarkan seorang putri cantik dari kali salak yang konon bernama nyi rantang sari.
betapa untung tak dapat diraih, malang tak dapat di tolak, nyi rantang sari yang hendak dipersembahkan sultan agung justru jatuh cinta pada bahu rekso dan tak mau dibawa untuk di persembahkan ke mataram.
Maka timbulah inisiatif dari bahu rekso Untuk mengganti dengan seorang putri yang tak kalah cantiknya yaitu endang kalibeluk, seorang putri anak penjual srabi di desa KALI BELUK (sampai sekarang penjual srabi itu masih karena diturunkan secara turun temurun)
akan tetapi sungguh sial, setelah disandingkan dengan sultan agung endang kalibeluk tak kuasa menahan luapan kegembiraannya dan akhirnya dia mengaku kalau dirinya bukan rantang sari yang dimaksud sultan agung. Hal ini tentu membuat sultan marah besar. Dia merasa telah di tipu oleh bahu rekso.
Akan tetapi keputusan untuk menjatuhkan hukuman mati kepada bahu rekso, dapat di cegah oleh patih SINGARANU dan dia menyarankan agar sultan mengganti saja tugas pendadaran ketigannya dengan tugas yang sangat berat agar bahu rekso terbunuh dengan sendirinya.
Maka sultan agung menugaskan bahu rekso tugas yang sangat berat yaitu menyerang belanda di JAYA KARTA "sekarang jakarta" maka singkat cerita berangkatlah bahu rekso menyiapkan armada perang menuju jayakarta. Dia memilih melewati jalur laut, atas saran ki cempaluk sebap jalan darat konon senjata pusaka apapun akan hilang tuah atau kesaktiannya jika melintasi kali ci-pamali brebes. Bahu rekso mempersiapkan tentaranya di sebuah desa yang bernama KETANDAN namun nama desa itu sekarang lebih di kenal WIRADESA "wira" artinya prajurit , "desa" itu kampung jadi wira-desa adalah perkampungan prajurit dari situlah bahu rekso bertolak ke jayakarta.
Di jayakarta konon pasukannya dikumpulkan di sebuah daerah yang sekarang bernama MATRAMAN yang artinya mataram-man dan membendung sungai ciliwung hingga jendral RAVELES meninggal terserang malaria. Akan tetapi belanda tak kehabisan akal mereka membakar lumbung-lumbung makanan tentara mataram sehingga mereka kehabisan perbekalan dan bahu rekso menderita kekalahan.
dan Kekalahan itu membuat bahu rekso tak berani pulang ke kadipaten kendal dia memilih mendirikan kraton kekadipatenan yang letaknya di sebelah selatan wiradesa tepatnya yang sekarang bernama desa kadipaten (yang artinya di situ pernah akan di jadikan kadipaten) namun kabar tersebut terendus oleh raja mataram dan akhirnya mataram mengutus seorang pendekar dari CHINA yang bernama TAN JIN KWEN yang kemudian diangkat dan di tetapkan sebagai adipati pekalongan yang pertama setelah berhasil menyingkirkan bahu rekso.
di kisahkan tentang negri mataram yang damai dan sejahtera pada masa kepemimpinan raja SULTAN AGUNG HANYONGKRO KUSUMO yang kekuasaanya mencakup seluruh pulau jawa, sumatra, bali dan pulau pulau lainnya.
Pada waktu itu bangsa belanda dan portugis telah masuk dan menginjakkan kaki di tanah jawa, karena belanda masuk pada tahun 1596. Yang tepatnya semenjak kerajaan demak belnada sudah ada di tanah jawa.
Babat tanah PEKALONGAN bermula dari kisah seorang pemuda yang bernama JOKO BAHU putra tunggal KI-AGENG CEMPALUK yang ingin mengabdikan diri di kerajaan mataram. Dia "joko bahu" berasal dari sebuah desa kecil yang bernama kesesi atau asal dari kata "kasisian" yang artinya pengasingan. Karena Ki ageng cempaluk adalah punggawa mataram yang karena kesalahan apa lalu dia diasingkan dan membangun padepokan didesa tersebut. Yang letaknya antara lain di hulu kali comal. Konon kesaktian ki cempaluk ini sudah terdengar lama dan menjadi buah bibir di kraton mataram. Maka tanpa banyak pertimbangan sultan agung menerima bakti joko bahu
Namun sudah menjadi sarat mutlak, setiap prajurit yang hendak mengabdi kepada negara harus melalui tiga tahap pendadaran atau uji kesetiaan pada negara terlebih dahulu. Termasuk kemampuan mengatasi masalah dan olah keprajuritannya.
Maka pendadaran tahap pertama yang diberikan sultan adalah: membendung kali sambong, karena setiap musim kemarau selalu saja sawah-sawah rakyat disepanjang aliran sungai itu selalu kekeringan. dan dengan membendung kali sambong di KABUPATEN BATANG diharapkan air dapat naik dan mengairi sawah-sawah disekitar tempat itu sehingga hasil panen akan meningkat. Dan itu adalah salah satu kebijakan raja mataram untuk meningkatkan kemakmuran negrinya di bidang pertanian.
Sedang Kali sambong sendiri terkenal angker, dan sudah beberapa kali di lakukan pembendungan namun selalu gagal dan gagal.
Berangkatlah joko bahu untuk membendung kali sambong, dengan perbolehkan membawa beberapa orang prajurit. Al-kisah setelah pembendungan dimulai sedikit demi sedikit. Ditengah berlangsungnya proyek pembendungan terjadilah keanehan-keanehan yaitu: setiap pagi ketika para prajurit hendak melanjutkan pekerjaannya mereka yang belum selesai itu, ia selalu mendapati tanggul yang mereka kerjakan kemarin telah rontok dan bubar kembali. Kejadian itu terus berulang-ulang sampai tiga hari berturut-turut. Tentu saja hal itu membuat joko bahu menjadi bingung bukan kepalang. Al-kisah joko bahu melakukan tapa brata dan bertemu dengan siluman yang menunggui kali itu, siluman itu konon adalah welut putih.terjadi tawar-menawar kepentingan antara kedua belah pihak namun tak ada mendapat kata sepakat alias buntu, maka terjadilah perkelahian sengit antara dua belah pihak konon akhirnya di menangkan joko bahu.
Keberhasilan joko bahu menjalankan tugasnya ini di sambut gembira oleh sultan agung. Lalu datanglah pendadaran tahap kedua yakni membuka lahan baru di tepi pantai utara sebelah kabupaten batang, yakni alas GAMBIRAN atau sekarang gambaran, Waktu itu alas gambiran adalah alas yang sering dihindari oleh para rombongan pedagang yang melakukan pejalan jauh karena keadaannya yang angker dan tak tersentuh. dulu para rombongan pedagang yang melakukan pejalan jauh lebih memilih lewat daerah sebelah selatan yang lebih aman.
Karena konon setiap orang yang masuk kehutan gambiran pasti dia hanya akan berputar-putar didalamnya dan tak pernah bisa kembali keluar lagi dengan selamat, begitupun yang di alami para prajuritnya joko bahu yang di suruh memasuki hutan itu dan mereka tak kembali lagi. Mereka hanya berputar-putar tak tentu.
Kemudian al-kisah joko bahu melakukan tapa brata yaitu tapa ngidang atau meniru sifat kidang. akan tetapi joko bahu tetap tak mampu untuk mengalahkan raja siluman penunggu hutan itu. maka dengan sigap joko bahu segera pulang ke padepokan kesesi untuk mengadukan hal tersebut pada ki ageng cempaluk dan atas saran ki ageng cempaluk, joko bahu di sarankan untuk melakukan "tapa ngalong" tapa brata yang menirukan posisi kalong, yaitu dengan tidur kaki dengan menggantung di pohon tiap siang selama 40 hari "kemudian tempat dimana joko bahu melakukan tapa ngalong itu kini disebut PEKALONGAN" ( Kata-kata "pe" yang menandakan sebuah tempat kalong adalah dimana joko bahu melakukan tapa kalong)
setelah empat puluh hari berlalu, seselesailah tapa-ngalongnya, singkat cerita joko bahu dapat mengalahkan raja siluman itu dan bisa melanjutkan menebang kayu-kayu disitu tanpa ada satu hambatanpun sampai selesai dan dapat pulang ke mataram dengan membawa hasii.
Tentu saja kabar baik ini membuat hati sultan agung gembira. dan konon setelah joko-bahu sowan ke mataram, dan sultan agung langsung menganugrahkan gelar adipati dengan julukan KI-BAHU REKSO dan sekaligus menetapkan di daerah kendal. mulailah sejak saat itu dia menjabat adi pati kendal.
akan tetapi cerita tak berakhir sampai di situ karena masih ada tugas yang terbengkalai, yaitu pendadaran tahap ke tiga. Maka belumlah sempurna bahu rekso menjadi adi pati kalau belum menjalankan tugas ketiga yaitu ia di tugaskan untuk melamarkan seorang putri cantik dari kali salak yang konon bernama nyi rantang sari.
betapa untung tak dapat diraih, malang tak dapat di tolak, nyi rantang sari yang hendak dipersembahkan sultan agung justru jatuh cinta pada bahu rekso dan tak mau dibawa untuk di persembahkan ke mataram.
Maka timbulah inisiatif dari bahu rekso Untuk mengganti dengan seorang putri yang tak kalah cantiknya yaitu endang kalibeluk, seorang putri anak penjual srabi di desa KALI BELUK (sampai sekarang penjual srabi itu masih karena diturunkan secara turun temurun)
akan tetapi sungguh sial, setelah disandingkan dengan sultan agung endang kalibeluk tak kuasa menahan luapan kegembiraannya dan akhirnya dia mengaku kalau dirinya bukan rantang sari yang dimaksud sultan agung. Hal ini tentu membuat sultan marah besar. Dia merasa telah di tipu oleh bahu rekso.
Akan tetapi keputusan untuk menjatuhkan hukuman mati kepada bahu rekso, dapat di cegah oleh patih SINGARANU dan dia menyarankan agar sultan mengganti saja tugas pendadaran ketigannya dengan tugas yang sangat berat agar bahu rekso terbunuh dengan sendirinya.
Maka sultan agung menugaskan bahu rekso tugas yang sangat berat yaitu menyerang belanda di JAYA KARTA "sekarang jakarta" maka singkat cerita berangkatlah bahu rekso menyiapkan armada perang menuju jayakarta. Dia memilih melewati jalur laut, atas saran ki cempaluk sebap jalan darat konon senjata pusaka apapun akan hilang tuah atau kesaktiannya jika melintasi kali ci-pamali brebes. Bahu rekso mempersiapkan tentaranya di sebuah desa yang bernama KETANDAN namun nama desa itu sekarang lebih di kenal WIRADESA "wira" artinya prajurit , "desa" itu kampung jadi wira-desa adalah perkampungan prajurit dari situlah bahu rekso bertolak ke jayakarta.
Di jayakarta konon pasukannya dikumpulkan di sebuah daerah yang sekarang bernama MATRAMAN yang artinya mataram-man dan membendung sungai ciliwung hingga jendral RAVELES meninggal terserang malaria. Akan tetapi belanda tak kehabisan akal mereka membakar lumbung-lumbung makanan tentara mataram sehingga mereka kehabisan perbekalan dan bahu rekso menderita kekalahan.
dan Kekalahan itu membuat bahu rekso tak berani pulang ke kadipaten kendal dia memilih mendirikan kraton kekadipatenan yang letaknya di sebelah selatan wiradesa tepatnya yang sekarang bernama desa kadipaten (yang artinya di situ pernah akan di jadikan kadipaten) namun kabar tersebut terendus oleh raja mataram dan akhirnya mataram mengutus seorang pendekar dari CHINA yang bernama TAN JIN KWEN yang kemudian diangkat dan di tetapkan sebagai adipati pekalongan yang pertama setelah berhasil menyingkirkan bahu rekso.
Komentar
Posting Komentar