Langsung ke konten utama

asal usul desa desa di Kajen


KAJEN_

Desa Nyamok_

Nama yang aneh, unik untuk sebuah desa. Sering dikira Nyamuk, padahal penulisan dan pengucapan yang benar adalah NYAMOK, menggunakan huruf “o”. Kenapa diberi nama Nyamok? ada sebuah kisah yang mungkin bisa menjawab pertanyaan tersebut :
Di wilayah Pekalongan bagian selatan ada Bupati bernama Luwuk. Beliau mencintai seorang gadis bernama Dewi Sekar Tanjung. Sang Bupati berkenan untuk melamar sang gadis, dalam perjalanannya Bupati Luwuk melihat hamparan semak-semak yang sangat luas.
Dalam bahasa Jawa dikatakan’ nyamut-nyamut’, setelah didekati ternyata di semak-semak tersebut banyak didapati pohon “Keyam” akhirnya tempat tersebut diberi nama “Nyamok”.

Kajen_
Dahulu ada dua adipati yaitu :Adipati Wirokusumo bertempat tinggal di Penjarakan ( sekarang Domiyang, Paningggaran ) dan Adipati Wirodanu yang bertempat tinggal di Luwuk ( Pekiringanalit, Kajen ). Kedua hidup rukun meski hidup berjauhan.
Dikisahkan, suatu ketika kedua adipati jalan-jalan ke desa Tanjung dan bertemu dengan Dewi Putri Tanjung yang sangat cantik. Mereka pun jatuh cinta, namun Dewi Putri Tanjung lebih memilih Adipati Wirokusumo karena lebih tampan. Akhirnya, mereka pun pecah dalam persahabatan demi mendapatkan Dewi Putri Tanjung.
Mendengar kedua adipati bertengkar, Nyai Dai ( saudagar dari Batavia yang rumah berada di sebelah timur perempatan Kajen ) keluar rumah dan mendamaikan keduanya. Akhirnya kedua adipati mau berdamai dengan ditandai jabat tangan dan berpelukan serta memberi hormat kepada Nyai Dai.
Setelah suasana aman, Nyai Dai memberikan petuah besok rejane jaman ( jaman ketika sudah ramai ) tempat ini dinamakan Kajen yang artinya dihormati.
Demikian sejarah asal usul nama Kelurahan Kajen sebagaimana diceritakan oleh : Kenap, Watubelah dan Hamzah Abdul Bari, Kutorejo.

Kutorejo_
Desa Kutorojo berasal dari kata Kutomoyo yang artinya dulu, dirintis oleh Kyai gede Mbah Moyo. Kemudian Desa Kutomoyo disempurnkan menjadi Desa Kutorojo oleh sesepuh desa.
Berdiri pada hari Senin Pahing tanggal 12 Legono (Dilqijah) abad 18-an. Konon Mbah Moyo adalah seorang abdi dalem putri kerajaan Mataram.

Tambakroto_
Dahulu kala desa Tambakroto merupakan hutan belantara dan merupakan hutan yang sangat lebat. Desa Tambakroto berasal dari kata tambak dan papak, kata papak sendiri dalam bahasa Indonesia artinya rata (dalam bahasa Jawa roto). Zaman dahulu sebelum desa Tambakroto diberi nama tersebut, ada beberapa sesepuh di desa tersebut yang terhormat dan terpandang. Mereka adalah Kyai Tambak yang menguasai wilayah Tambakroto bagian timur, pangeran Papak menempati wilayah Tambakroto bagian utara, Bahurekso menempati wilayah bagian selatan, konon di bagian barat desa Tambakroto terdapat sebuah sumur yang bernama sumur sinangka yaitu sumur yang biasa digunakan untuk mandi para bidadari.

Semua penduduk di desa tersebut sangat patuh dan tunduk kepeda mereka, kehidupan setiap penduduk di desa tersebut sama rata, maksudnya kehidupannya tidak terlalu kaya dan tidak terlalu miskin. Hal itu dikarenakan setiap penduduk yang terlalu kaya maka akan disama ratakan oleh pangeran papak. Sehingga kehidupan desa tersebut damai dan tentram tidak ada kesombongan dan tidak ada orang yang kikir, sehingga dinamakan desa Tambakroto dan sampai sekarangpun kehidupan penduduk desa Tambakroto semua rata.

Desa Tambakroto mulai ada sejak terjadinya babad desa Tambakroto yang dilakukan oleh pangeran tambak. Namun saat itu belum terbentuk pemerintahan karena belum banyak orang atau penghuninya. Mulainya desa Tambakroto terbentuk pemerintahan yang syah kurang lebih pada masa penjajahan Belanda. Barangkali pada waktu itu penjajah memang menghendaki adanya pemerintahan desa guna mempermudah maksud-maksud koloninya.

Sebelum Indonesia merdeka, desa Tambakroto secara berturut-turut diperintah oleh tiga orang kepala desa. Kepala desa yang pertama bernama Narso. Selanjutnya estafet kepemimpinan desa dipegang oleh Sami’un. Kemudian Sami’un digantikan oleh Syahid. Ketiga kepala desa ini berkuasa saat penjajahan Belanda. Dan diantara ketiga pemimpin tersebut yang menjabat kepala desa paling lama adalah masa pemerintahan Sami’un.

Dan pada akhirnya Belanda dapat diusir oleh para pejuang kita. Indonesia pun merdeka. Sejak tahun 1945 sampai sekarang, desa Tambakroto telah dipimpin oleh lima kepala desa. Kepala desa pertama setelah Indonesia merdeka bernama Raki. Beliau memerintah mulai tahun 1945 sampai dengan 1950. berikutnya desa Tambakroto dipimpin oleh Sukarno, beliau menjabat selama 31 tahun yakni tahun 1950 sampai dengan 1981. kepala desa berikutnya adalah Abdul Karim beliau memerintah dari tahun 1981 sampai dengan 1983. beliau memerintah cukup singkat karena hanya sementara. Kades Abdul Karim digantikan oleh Kades Sukidi, beliau berkuasa selama delapan tahun, mulai tahun 1983 sampai dengan tahun 1994. Kemudian kades berikutnya adalah Turadi, beliau menjabat mulai tahun 1994 sampai dengan 2002. Setelah masa jabatan kades habis, selanjutnya masyarakat melakukan pemilihan kades yang baru. Ny. Sumber terpilih sebagai kades Tambakroto, beliau menjabat mulai tahun 2002 sampai dengan sekarang.

Manusia dalam hidupnya selalu mempunyai kecenderungan untuk mengubah peradaban. Peradaban ini berubah seiring dengan adanya pembangunan. Jadi pembangunan sudah dilaksanakan sejak zaman dahulu. Hanya saja yang menjadi sasaran dan kondisinya yang berbeda. Desa tambakroto pun sudah mulai membangun sejak dibukanya hutan menjadi sebuah desa. Secara berangsur-angsur pembangunan dilaksanakan oleh masyarakat desa Tambakroto. Pada mulanya pembangunan desa selalu dilaksanakan secara gotong royong. Namun, karena desakan kepentingan dan kemajuan zaman kondisi ini sudah tidak mutlak adanya.

Awalnya desa Tambakroto membiayai pembangunan desa dengan dana yang diperoleh dari hasil penjualan tanah kemakmuran desa. Dana itu dipakai untuk pembangunan jalan, saluran irigasi, seokolah, jembatan, dan sebagainya sesuai dengan prioritas yang mendesak saat itu. Sejak tahun delapan puluhan, desa Tambakroto mulai mendapat kucuran dana bandes dari pemerintah kabupaten. Dana dari desa dan pemkab dimasukan dalam pologoro desa untuk membiayai pembangunan desa. Dan kini desa Tambakroto maupun desa-desa lainnya menerima dana ADD dari Pemkab. Dana ini pun digunakan untuk pembangunan desa.

Untuk lebih memberdayakan masyarakat, pemerintah desa Tambakroto selalu mengikutsertakan masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan bahkan perawatannya. Masyarakat secara perwakilan diajak untuk bermusyawaran dalam pembangunan desa. Rupanya kebijakan ini dapat membuahkan hasil. Terbukti peran serta masyarakat cukup tinggi dalam pembangunan. Hal ini tampak dalam kesediaan masyarakat untuk berswadaya dalam kegiatan pembangunan.
sumber : http://kojahan.wordpress.com/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kamus Bahasa Jawa Dialek Pekalongan

Bahasa Jawa Pekalongan  atau  Dialek Pekalongan  adalah salah satu dari dialek-dialek  Bahasa Jawa  yang dituturkan di pesisir utara tanah Jawa, yaitu daerah  Jawa Tengah  terutama di  Kota Pekalongan  dan  Kabupaten Pekalongan . Dialek Pekalongan termasuk bahasa "antara" yang dipergunakan antara daerah  Tegal  (bagian barat),  Weleri  (bagian timur), dan daerah  Pegunungan Kendeng  (bagian selatan). Dialek Pekalongan termasuk dialek Bahasa Jawa yang "sederhana" namun "komunikatif". Meskipun ada di Jawa Tengah, dialek Pekalongan berbeda dengan daerah pesisir Jawa lainnya, contohnya Tegal, Weleri/Kendal, dan Semarang. Namun oleh orang  Jogya  atau  Solo , dialek itu termasuk kasar dan sulit dimengerti, sementara oleh orang Tegal dianggap termasuk dialek yang sederajat namun juga sulit dimengerti. Pada abad ke-15 hingga abad ke-17, Pekalongan termasuk daerah Kesultanan Mataram. Awalnya dialek Pekalongan tak berbeda dengan bahasa yang dipergunakan di d

Sejarah Desa Rowosari, Ulujami Pemalang

A.      Latar Belakang Masalah Desa Rowosari merupakan sebuah desa yang masuk di wilayah Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang, terletak di daerah  pantai utara ( pantura )  wilayah paling timur dari Kabupaten Pemalang ,  berbatasan dengan Kabupaten Pekalongan  yang dipisahkan oleh aliran sungai Sragi. Keberadaan Rowosari dapat dibuktikan berdasarkan berbagai temuan arkeologis. Temuan itu berupa punden berundak/candi, kuburan dan batu nisan di dukuh Jagalan (nisan etnis cina). Selain itu bukti arkeologis yang menunjukkan adanya unsur-unsur kebudayaan Islam juga dapat dihubungkan seperti adanya makam/kuburan Among Jiwo di pemakaman  Tenggulun/ Trenggulun , yang juga memiliki misi untuk mengislamkan penduduk setempat. Dewasa ini m asih banyak masyarakat yang belum mengetahui asal-usul tentang Desa Rowosari, baik dari sejarah maupun cerita rakyat, mitos, legenda yang membahas tentang Desa Rowosari, termasuk nama-nama  dan pengertian arti kata   dari masing-masing  dukuh/dusu