- Pada awalnya, SMP 1 Wiradesa merupakan peralihan dari ST 2 Pekalongan.
Kemudian pada tahun 1976, berubah menjadi SMP Negeri Sragi Filyar Wirodeso,
dengan Kepala Sekolah Bapak Soehari Siswosoeharjo (Alm). - Pada tahun 1977 berubah status menjadi SMP N 7 Transisi, dengan Kepala
Sekolah Bapak Soewardi, kemudian pada tahun 1978-an digantikan Bapak
Soeharto. - Pada tanggal 17 Februari 1979, dengan Surat Keputusan Kepala Kantor
Wilayah Propinsi Jawa Tengah, No. 030/U/1979, tanggal 17 Februari 1979,
berubah status menjadi SMP Wirodeso, dengan Kepala Sekolah Bapak Soetrisno. - Tahun 1983, status SMP Wirodeso berubah menjadi SMP Negeri 1 Wiradesa,
dengan kepala Sekolah Bapak Soehari Siswosoehardjo (alm), pada tahun 1994
digantikan Bapak Koesnandar. - Pada tahun 2004, melalui SK Direktorat Pembinaan SMP Dirjen Dikdasmen, No
1147A/C3/SK/2004, tanggal 5 Juli 2004, berubah status menjadi Sekolah
Standar Nasional (SSN), dengan kepala sekolah Bapak H.M. Koesnandar, S.Pd,
tahun 2005 s.d tanggal 28 Maret 2008, digantikan oleh Bapak Narimo, S.Pd. - Pada Tahun 2005, dengan SK Bupati No. 420/86 Th. 2005, mendapatkan status
menjadi Sekolah Percontohan SMP Kab. Pekalongan. - Tanggal 29 Maret 2008, digantikan oleh Bapak Aji Suryo Sumanto, S.Pd.
Bahasa Jawa Pekalongan atau Dialek Pekalongan adalah salah satu dari dialek-dialek Bahasa Jawa yang dituturkan di pesisir utara tanah Jawa, yaitu daerah Jawa Tengah terutama di Kota Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan . Dialek Pekalongan termasuk bahasa "antara" yang dipergunakan antara daerah Tegal (bagian barat), Weleri (bagian timur), dan daerah Pegunungan Kendeng (bagian selatan). Dialek Pekalongan termasuk dialek Bahasa Jawa yang "sederhana" namun "komunikatif". Meskipun ada di Jawa Tengah, dialek Pekalongan berbeda dengan daerah pesisir Jawa lainnya, contohnya Tegal, Weleri/Kendal, dan Semarang. Namun oleh orang Jogya atau Solo , dialek itu termasuk kasar dan sulit dimengerti, sementara oleh orang Tegal dianggap termasuk dialek yang sederajat namun juga sulit dimengerti. Pada abad ke-15 hingga abad ke-17, Pekalongan termasuk daerah Kesultanan Mataram. Awalnya dialek Pekalongan tak berbeda dengan bahasa yang dipergunakan di d
Komentar
Posting Komentar