Langsung ke konten utama

Sekilas tentang Wiradesa



SEKILAS TENTANG WIRADESA

Wiradesa adalah nama lain dari Desa Ketandan nama wiradesa diambil dari "wira" yang artinya Prajurit dan "Desa" adalah desa. Dahu sebelum dinamakan wiradesa desa ini namanya Ketandan atau Ki-tando nama seorang "tetua" penghuni desa. Dan, diperkirakan setelah desa ini dipakai untuk menampung para prajurit Bahureksa yang hendak diberangkatkan menyerang Batavia banyak yang menyebut perkampungan Prajurit atau Wiradesa desa di kecamatan Wiradesa, Pekalongan, Jawa Tengah, Indonesia.

Di Kecamatan ini banyak pengrajin batik yang dilakukan secara tradisional, baik batik tulis, batik lukis,batik abstrak, batik cap dll. Batik yang terkenal sampai kawasan asia dan timurtengah pun di produksi disini salah satunya yang paling terkenal adalah INDOLOGO BATIK yang terletak di belakang gedung Kopindo yang pemasaranya sampai di Thailand, Singapore , Malaysia hingga ke Arab saudi. Pada jaman dahulu di kelurahan Bener kecamatan Wiradesa ada koperasi yang sangat maju bernama KOPINDO , yang disitu terkumpul beberapa pengrajin batik yang cukup hebat, hingga saat ini bangunan gedung Kopindo masih berdiri kokoh sebagai icon kecamatan Wiradesa... Tempat wisata yang ada di Wiradesa yakni, Kolam renang Banyubiru, Kampung batik Wiradesa dan Internasional Batik center. Kolam renang Banyubiru adalah tempat favorit warga Wiradesa dan Pekalongan umumnya untuk berekreasi dan olahraga renang. Terletak di desa Kemplong 450 meter ke utara dari jalan raya Wiradesa.

Terdiri atas 5 Kelurahan dan 11 desa yaitu :
1 KARANGJATI
2 DELEGTUKANG
3 PETUKANGAN
4 KADIPATEN
5 WIRADESA
6 WARUKIDUL
7 WARULOR
8 KAMPIL
9 GUMAWANG
10 BONDANSARI
11 KAUMAN
12 KEMPLONG
13 KEPATIHAN
14 MAYANGAN
15 PEKUNCEN
16 BENER

dan di bagi atas 49 dusun, 92 RW dan 281 RT, dengan julmlah penduduk 56.065 jiwa pada 2010, di wiradesa memiliki 6 sekolah menengah atas, 3 sekolah menengah pertama, 27 sekolah dasar dan 38 taman kanak kanak. dalam masalah keagaman mayoritas warga Wiradesa menganut Islam di susul Kristen Protestan, Katolik, dan Budha serta sebagin kecil Hindu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kamus Bahasa Jawa Dialek Pekalongan

Bahasa Jawa Pekalongan  atau  Dialek Pekalongan  adalah salah satu dari dialek-dialek  Bahasa Jawa  yang dituturkan di pesisir utara tanah Jawa, yaitu daerah  Jawa Tengah  terutama di  Kota Pekalongan  dan  Kabupaten Pekalongan . Dialek Pekalongan termasuk bahasa "antara" yang dipergunakan antara daerah  Tegal  (bagian barat),  Weleri  (bagian timur), dan daerah  Pegunungan Kendeng  (bagian selatan). Dialek Pekalongan termasuk dialek Bahasa Jawa yang "sederhana" namun "komunikatif". Meskipun ada di Jawa Tengah, dialek Pekalongan berbeda dengan daerah pesisir Jawa lainnya, contohnya Tegal, Weleri/Kendal, dan Semarang. Namun oleh orang  Jogya  atau  Solo , dialek itu termasuk kasar dan sulit dimengerti, sementara oleh orang Tegal dianggap termasuk dialek yang sederajat namun juga sulit dimengerti. Pada abad ke-15 hingga abad ke-17, Pekalongan termasuk daerah Kesultanan Mataram. Awalnya dialek Pekalongan tak berbeda dengan bahasa yang dipergunakan di d

asal usul desa desa di Kajen

KAJEN_ Desa Nyamok_ Nama yang aneh, unik untuk sebuah desa. Sering dikira Nyamuk, padahal penulisan dan pengucapan yang benar adalah NYAMOK, menggunakan huruf “o”. Kenapa diberi nama Nyamok? ada sebuah kisah yang mungkin bisa menjawab pertanyaan tersebut : Di wilayah Pekalongan bagian selatan ada Bupati bernama Luwuk. Beliau mencintai seorang gadis bernama Dewi Sekar Tanjung. Sang Bupati berkenan untuk melamar sang gadis, dalam perjalanannya Bupati Luwuk melihat hamparan semak-semak yang sangat luas. Dalam bahasa Jawa dikatakan’  nyamut-nyamut’,  setelah didekati ternyata di semak-semak tersebut banyak didapati pohon  “Keyam”  akhirnya tempat tersebut diberi nama “Nyamok”. Kajen_ Dahulu ada dua adipati yaitu :Adipati Wirokusumo bertempat tinggal di Penjarakan ( sekarang Domiyang, Paningggaran ) dan Adipati Wirodanu yang bertempat tinggal di Luwuk ( Pekiringanalit, Kajen ). Kedua hidup rukun meski hidup berjauhan. Dikisahkan, suatu ketika kedua adipati jalan-jalan ke de