Langsung ke konten utama

Sejarah Desa Botosari, Paninggaran

                BOTOSARI Berasal dari dua suku kata yaitu Boto yang berarti watu dan sari yang berarti harum atau sari, lebih tepatnya adalah tempat persinggahan putrid Tanjungsari. Walaupun candi tersebut kelihatan pengap, tertutup rapat dan berlumut namun tidak mengeluarkan bau-bau yang tidak sedap. Awal berdiri desa botosari masih terkait erat dengan runtuhnya kerajaan “ mataram kalingga” yang berpusat dicandi Borobudur (Magelang) dari wangsa “syailendra” karena kekalahan perang yang didesak ileh kerajaan mataram Hindu yang berpusat di candi prambanan. Pengikut dari wangsa syailendra tersebut berusaha melarikan diri kearh utara hingga samapi kedesa botosari sebelum ahirnya pelarian tersebut sampai dwipa (palembang).
Dari rombongan pelarian yang melewti selatan pekalongan tersebut adalah putrid-putri dari kerajaan kalingga hingga rombongan tersebut singgah dengan mendirikan tempat peristirahatan dan upacara sehingga masyarakat sekitar menyebutnya dengan dua nama yaitu vandi putri, karena yang menghuni adalah putrid-putri tersebut, sedangkan temapat yang dipakai untuk menyimpan mainan berupa golek kencana (boneka) dinamakan candi trenggalek.
Menurut sebuah penelitian yang dilakukan dinas kebudayaan percanadian tersebut runtuh karena tebalik, hingga dari dua stupa yang ada terpisah, satu masih didalam percandian sedangkan yang satunya didepan ada didepan masjid. Saat ini yang terlihat adalah puing-puingnya dari percandian putrid atau candi trenggalek.

Letak Geografis
Botosari juga desa yang berada dilereng pegunungan rogo jembangan ini termasuk di wilayah kecamatan paninggaran kabupaten pekalongan. Wilayah desa botosari dibagi menjadi tiga dusun atau delapan dukuh yaitu dusun botosari kulon yang meliputi dukuh karang gondang, dukuh karang tengah, dusun botosari wetan meliputi dukuh botosari, dukuh gunung, dukuh karang nangka dan dusun gunung surat yag terdiri dari dukuh sijambu, dukuh gunung surat dan dukuh keturan. Desa yang berjarak 8 km dariiu kota kecamatan paninggaran atau 30 km dari ibukota kabupaten pekalongan ini sebelah utara berbatasan dengan desa bedagung, sebelah barat dengandesa sawangan, sebelah selatan dengan desa kaliombo ( kec. Paninggaran kab. Pekalongan), untuk sebelah timur berbatasan dengan desa tembalang gunung ( kec. Lebak barang kab. Pekalongan), dan desa bedana (kec.kalibening kab. Banjar negara)

Secara geogarafis, desa botosari terletak di ketinggian 850-1350 m Dpl dan dikelilingi oleh dua gnung yaitu gunung sepuring dan gunung surat di wilayah desa botosari juga mengalir sebuah sungai besar yang bernama sungai sodong yang menjadi sumber kehidupan desa tersebut hingga saat ini.
Desa botosari masih memiliki hutan lindung srigayang yang membentang dari desa botosari hingga desa bedagung seluas 91 ha dengan berbagai tumbuhan seperti kayu babi, wuru, gintung, wangkal rotan cacing dan dihuni berbagi macam binatang diantarany macan kumbang, macan tutul, babi hutan, kijang,owa, ular dan berbagi jenis burung. Dari keberadaan hutan lindung ini memunculkan sumber-sumber mata air seperti mata air srigayang, sireges, dan gomblangan yang memberikan sejuta manfaat bagi penduduk desa botosari.
Potensi lain dari sungai yang mengalir di sepanjang aliran sungai sodong adalah batu dan pasir. Pemanfaatan potensi ini ditambang secara tradisional,                         

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kamus Bahasa Jawa Dialek Pekalongan

Bahasa Jawa Pekalongan  atau  Dialek Pekalongan  adalah salah satu dari dialek-dialek  Bahasa Jawa  yang dituturkan di pesisir utara tanah Jawa, yaitu daerah  Jawa Tengah  terutama di  Kota Pekalongan  dan  Kabupaten Pekalongan . Dialek Pekalongan termasuk bahasa "antara" yang dipergunakan antara daerah  Tegal  (bagian barat),  Weleri  (bagian timur), dan daerah  Pegunungan Kendeng  (bagian selatan). Dialek Pekalongan termasuk dialek Bahasa Jawa yang "sederhana" namun "komunikatif". Meskipun ada di Jawa Tengah, dialek Pekalongan berbeda dengan daerah pesisir Jawa lainnya, contohnya Tegal, Weleri/Kendal, dan Semarang. Namun oleh orang  Jogya  atau  Solo , dialek itu termasuk kasar dan sulit dimengerti, sementara oleh orang Tegal dianggap termasuk dialek yang sederajat namun juga sulit dimengerti. Pada abad ke-15 hingga abad ke-17, Pekalongan termasuk daerah Kesultanan Mataram. Awalnya dialek Pekalongan tak berbeda dengan bahasa yang dipergunakan di d

asal usul desa desa di Kajen

KAJEN_ Desa Nyamok_ Nama yang aneh, unik untuk sebuah desa. Sering dikira Nyamuk, padahal penulisan dan pengucapan yang benar adalah NYAMOK, menggunakan huruf “o”. Kenapa diberi nama Nyamok? ada sebuah kisah yang mungkin bisa menjawab pertanyaan tersebut : Di wilayah Pekalongan bagian selatan ada Bupati bernama Luwuk. Beliau mencintai seorang gadis bernama Dewi Sekar Tanjung. Sang Bupati berkenan untuk melamar sang gadis, dalam perjalanannya Bupati Luwuk melihat hamparan semak-semak yang sangat luas. Dalam bahasa Jawa dikatakan’  nyamut-nyamut’,  setelah didekati ternyata di semak-semak tersebut banyak didapati pohon  “Keyam”  akhirnya tempat tersebut diberi nama “Nyamok”. Kajen_ Dahulu ada dua adipati yaitu :Adipati Wirokusumo bertempat tinggal di Penjarakan ( sekarang Domiyang, Paningggaran ) dan Adipati Wirodanu yang bertempat tinggal di Luwuk ( Pekiringanalit, Kajen ). Kedua hidup rukun meski hidup berjauhan. Dikisahkan, suatu ketika kedua adipati jalan-jalan ke de

Sejarah Desa Rowosari, Ulujami Pemalang

A.      Latar Belakang Masalah Desa Rowosari merupakan sebuah desa yang masuk di wilayah Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang, terletak di daerah  pantai utara ( pantura )  wilayah paling timur dari Kabupaten Pemalang ,  berbatasan dengan Kabupaten Pekalongan  yang dipisahkan oleh aliran sungai Sragi. Keberadaan Rowosari dapat dibuktikan berdasarkan berbagai temuan arkeologis. Temuan itu berupa punden berundak/candi, kuburan dan batu nisan di dukuh Jagalan (nisan etnis cina). Selain itu bukti arkeologis yang menunjukkan adanya unsur-unsur kebudayaan Islam juga dapat dihubungkan seperti adanya makam/kuburan Among Jiwo di pemakaman  Tenggulun/ Trenggulun , yang juga memiliki misi untuk mengislamkan penduduk setempat. Dewasa ini m asih banyak masyarakat yang belum mengetahui asal-usul tentang Desa Rowosari, baik dari sejarah maupun cerita rakyat, mitos, legenda yang membahas tentang Desa Rowosari, termasuk nama-nama  dan pengertian arti kata   dari masing-masing  dukuh/dusu