Langsung ke konten utama

desa bebel dari waktu ke waktu


                        SEJARAH SINGKAT DESA BEBEL
                    

Berdasarkan penuturan dari para tetua dan sesepuh masyarakat, Desa Bebel bermula dari hutan dataran pantai bernama "ALAS SEKAMAL'. Pada sekitar tahun 1830 M seiring berakhirnya perang DIPONEGORO banyak prajurit dan pengikut P. Diponegoro dari wilayah surokarto (solo) yang mengungsi menghindar dari kejaran tentara penjajah Belanda. Salah seorang diantaranya bernama SURYO ATMOJO atau yang lebih dikenal dengan sebutan "MBAH SURYAN" sampai diwilayah Pekalongan dan membuka perkampungan di alas sekamal.Pada saat "Mbabat Alas Sekamal" atau pembukaan lahan tersebut didapati bahwa kontur tanah yang telah dibuka untuk perkampungan bersifat sangat labil atau istilah bahasa jawa" Mbel-mbel " dari istilah mbel - mbel tersebut kemudian oleh masyarakat berkembang menjadi nama desa yaitu " DESA BEBEL " .yang secara turun temurun dari generasi kegenerasi tumbuh dan berkembang hingga sampai saat ini.Estafet kepemimpinan Desa Bebel berawal dari MBAH SURYAN sebagai tetua kampung yang mewariskan kepada anaknya yang bernama "WASPAN" menjadi kepala desa pertama . Awal tahun kepemimpinan Lurah Waspan tidak diketahui dengan pasti namun yang jelas kepemimpinan beliau berakhir pada tahun 1936 dengan diangkatnya Lurah Dul Barri (putra darilurah Waspan) sebagai pemegang pucuk pimpinan di Desa Bebel . Sebagai kepala desa Bapak Dul Barri merupakan kepala desa dua zaman yaitu zaman penjajahan Belanda dan Jepang ( 1936 s.d 1945 ) dan jaman kemerdekaan karena beliau memerintah dari tahun 1936 sampai tahun 1986 ,beliau memerintah Desa Bebel selama lima puluh tahun dan berakhir dengan meninggalnya beliau pada tahun 1986 M. Sepeninggal Lurah Dul Barri pucuk pimpinan pemerintah Desa Bebel memasuki babak baru dengan terpilihnya Kepala Desa diluar trah/dinasti Mbah Suryan yaitu Kepala Desa Dullawi yang memimpin dari tahun 1987 s.d 1997. Pada masa kepemimpinan Bapak Dullawi pemerintah mulai membatasi masa jabatan kepala desa yaitu 10 tahun dan istilah lurah diganti dengan sebutan Kepala Desa dan Lurah untuk Kepala Kelurahan.Pada tahun 1997 seiring berakhirnya masa jabatan Bapak Dullawi , Desa Bebel mengalami kekosongan pimpinan pemerintahan karena proses pilkades (pemilihan kepaladesa ) yang diadakan pada saat itu gagal memilih kepala desa yang baru dikarenakan calon tunggal kepala desa yaitu sdr. Mardoko Spi pada saat pemungutan suara kalah dengan suara blangko (tong) . Sebagai pejabat sementara kepala desa (warnen) kemudian ditunjuk Bapak Mundakir (kaur pembangunan) untuk mengisi kekosongan jabatan kepala desa sampai tahun 1998.Pada tahun 1999 M masyarakat Desa Bebel kembali mengadakan perhelatan akbar demokrasi di tingkat desa dengan menggelar Pilkades guna memilih kepala desa yang baru untuk mengisi kekosongan jabatan kepala desa yang sementara dipegang oleh pejabat sementara /pjs (warnen) Bapak Mundakir. Akhirnya terpilihlah Bapak Soejojo sebagai kepala desa definitif setelah mengungguli dua calon kepala desa lainya yaitu Bapak Sutrimo dan Bapak Dahuri . Berbekal dari kemenangan tersebut kemudian Bapak Soejojo ditetapkan oleh Bupati Pekaongan sebagai kepala Desa Bebel dengan masa bakti 8 tahun mulai 1999 hingga tahun 2007.Pada tanggal 21 Maret 2008 kembali masyarakat Desa Bebel menggelar Pilkades untuk memilih kepala desa yang baru menggantikan Bapak Soejojo yang sudah berakhir masa jabatanya. Dari tiga calon kepala desa yang ikut berlaga yaitu Bapak Soejojo (mantan kades), Bapak Nurcahyo paryono dan Bapak Moh. Fauzan , masyarakat Desa Bebel akhirnya memberikan mandat kepada Bapak Moh, Fauzan untuk memimpin Desa Bebel menggantikan kepala desa yang lama yaitu Bapak Soejojo. Dan akhirnya pada tanggal 24 April tahun 2008 Bupati Pekalongan Hj. Siti Qomariah MA melantik Bapak Moh.Fauzan sebagai Kepala Desa Bebel dengan masa jabatan selama 6 tahun. (sampai disini tunggu kelanjutanya)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kamus Bahasa Jawa Dialek Pekalongan

Bahasa Jawa Pekalongan  atau  Dialek Pekalongan  adalah salah satu dari dialek-dialek  Bahasa Jawa  yang dituturkan di pesisir utara tanah Jawa, yaitu daerah  Jawa Tengah  terutama di  Kota Pekalongan  dan  Kabupaten Pekalongan . Dialek Pekalongan termasuk bahasa "antara" yang dipergunakan antara daerah  Tegal  (bagian barat),  Weleri  (bagian timur), dan daerah  Pegunungan Kendeng  (bagian selatan). Dialek Pekalongan termasuk dialek Bahasa Jawa yang "sederhana" namun "komunikatif". Meskipun ada di Jawa Tengah, dialek Pekalongan berbeda dengan daerah pesisir Jawa lainnya, contohnya Tegal, Weleri/Kendal, dan Semarang. Namun oleh orang  Jogya  atau  Solo , dialek itu termasuk kasar dan sulit dimengerti, sementara oleh orang Tegal dianggap termasuk dialek yang sederajat namun juga sulit dimengerti. Pada abad ke-15 hingga abad ke-17, Pekalongan termasuk daerah Kesultanan Mataram. Awalnya dialek Pekalongan tak berbeda dengan bahasa yang dipergunakan di d

asal usul desa desa di Kajen

KAJEN_ Desa Nyamok_ Nama yang aneh, unik untuk sebuah desa. Sering dikira Nyamuk, padahal penulisan dan pengucapan yang benar adalah NYAMOK, menggunakan huruf “o”. Kenapa diberi nama Nyamok? ada sebuah kisah yang mungkin bisa menjawab pertanyaan tersebut : Di wilayah Pekalongan bagian selatan ada Bupati bernama Luwuk. Beliau mencintai seorang gadis bernama Dewi Sekar Tanjung. Sang Bupati berkenan untuk melamar sang gadis, dalam perjalanannya Bupati Luwuk melihat hamparan semak-semak yang sangat luas. Dalam bahasa Jawa dikatakan’  nyamut-nyamut’,  setelah didekati ternyata di semak-semak tersebut banyak didapati pohon  “Keyam”  akhirnya tempat tersebut diberi nama “Nyamok”. Kajen_ Dahulu ada dua adipati yaitu :Adipati Wirokusumo bertempat tinggal di Penjarakan ( sekarang Domiyang, Paningggaran ) dan Adipati Wirodanu yang bertempat tinggal di Luwuk ( Pekiringanalit, Kajen ). Kedua hidup rukun meski hidup berjauhan. Dikisahkan, suatu ketika kedua adipati jalan-jalan ke de

Sekilas tentang Wiradesa

SEKILAS TENTANG WIRADESA Wiradesa adalah nama lain dari Desa Ketandan nama wiradesa diambil dari "wira" yang artinya Prajurit dan "Desa" adalah desa. Dahu sebelum dinamakan wiradesa desa ini namanya Ketandan atau Ki-tando nama seorang "tetua" penghuni desa. Dan, diperkirakan setelah desa ini dipakai untuk menampung para prajurit Bahureksa yang hendak diberangkatkan menyerang Batavia banyak yang m enyebut perkampungan Prajurit atau Wiradesa desa di kecamatan Wiradesa, Pekalongan, Jawa Tengah, Indonesia. Di Kecamatan ini banyak pengrajin batik yang dilakukan secara tradisional, baik batik tulis, batik lukis,batik abstrak, batik cap dll. Batik yang terkenal sampai kawasan asia dan timurtengah pun di produksi disini salah satunya yang paling terkenal adalah INDOLOGO BATIK yang terletak di belakang gedung Kopindo yang pemasaranya sampai di Thailand, Singapore , Malaysia hingga ke Arab saudi. Pada jaman dahulu di kelurahan Bener kecamatan Wiradesa ada koperas