Langsung ke konten utama

Jejak Pembangunan IBC Wiradesa


Jargon KOTA BATIK bagi Pekalongan kini segera menggaung diseluruh dunia. Berdiri di atas lahan seluas lebih dari 4 hektare di jalur Pantura, tepatnya di jalan A Yani Nomor 573 Wiradesa Kabupaten Pekalongan, International Batik Center (IBC) akan menjadi sebuah ikon baru Pekalongan.
Menempati bekas pabrik tekstil PT. Gunatex Jaya ,
International Batik Center (IBC) dibangun dengan konsep wisata belanja sekaligus edukasi berskala internasional. Dilengkapi dengan area workshop batik, food court (pujasera), sarana ibadah, tempat parkir luas, serta Museum Batik menjadikan IBC sebagai tempat belanja dan wisata keluarga yang prospektif.

Pembangunan International Batik Center (IBC) membuktikan bahwa Pekalongan sebagai pusat industri batik terbesar di Indonesia berkomitmen tinggi dalam mendukung batik sebagai warisan budaya asli Indonesia sebagaimana diakui UNESCO. Adapaun Wiradesa sebagai pilihan lokasi pembangunan International Batik Center (IBC) merupakan buki nyata geliat perkembangan batik di tempat ini, yang merupakan salah satu basis industri batik di Pekalongan.
Awal bulan Desember tahun ini, Internasional Batik Center atau IBC yang akan dijadikan pusat pemasaran batik dalam waktu dekat, akan segera melakukan soft opening. Property Manajer IBC Joko Sumaryanto mengatakan, pembangunan infrastruktur tahap pertama ini sudah selesai 85 persen, dan direncanakan akhir November atau awal Desember akan di launching. Joko menjelaskan dari 184 kios yang disediakan, sudah hampir 100 kios sudah laku di pesan. Sementara untuk bangunan utama IBC yaitu pendopo, proses pembangunanya sudah mencapai 75 persen. Pendopo ini nantinya akan digunakan sebagai pusat kegiatan kebudayaan.


Kerajinan batik di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya. Mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa adalah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan adalah Batik Tulis sampai awal abad ke-XX dan Batik Cap mulai dikenal sekitar tahun 1920. Kini batik sudah menjadi bagian pakaian tradisional Indonesia.


Pekalongan
Batik Pekalongan sudah ada sejak sekitar tahun 1800. Namun, perkembangan secara signifikan baru terjadi setelah Perang Diponegoro atau disebut Perang Jawa (1825-1830) di kerajaan Mataram. Perjumpaan masyarakat pekalongan dengan bangsa China, Belanda, Arab, India, Melayu, dan Jepang pada masa lampau telah mewarnai khasanah perbatikan di Pekalongan, baik motif maupun tata warnanya. Seperti Batik Jlamprang yang diilhami dari India dan Arab, Batik Encim dan Klengenan dipengaruhi dari peranakan China, Batik Pagi sore diilhami dari Belanda dan Batik Hokokai diilhami dari Jepang.

Perkembangan batik di pekalongan tidak sepenuhnya dikuasai pengusaha bermodal besar, akan tetapi juga sangat bertopang pada ratusan pengusaha kecil dan hampir semua dikerjakan di rumah-rumah.

Keanekaragaman tersebut membuktikan bahwa Pekalongan adalah tempat berkumpulnya para penjual dan pembeli yang berasal dari berbagai macam suku bangsa. Batik Pekalongan ini menyatu erat dengan kehidupan masyarakat sehingga Pekalongan merupakan kota yang paling dinamis dalam mengembangkan batik dan merupakan industri batik terbesar di Indonesia dan sudah selayaknya kalau dijuluki sebagai Kota Batik.


International Batik Center ( IBC )

Dengan dikenalnya Pekalongan sebagai pusat kerajinan batik, maka International Batik Center (IBC) akan memfasilitasi serta memberikan kemudahan bagi para pengrajin Batik Nusantara untuk mendapatkan kesempatan yang sama dalam memasarkan serta suatu area perdagangan terpadu.

International Batik Center menyediakan 700 unit usaha (kios) AC dan Non AC dengan berbagai ukuran yang didukung oleh fasilitas penunjang seperti museum batik, kursus membatik, sarana ibadah, area wisata kuliner dan area bermain anak serta ditunjang oleh area parkir yang luas.

Dengan adanya IBC sebagai Pusat Perdagangan Batik yang bersifat Nasional serta International, maka disediakan juga jasa expedisi atau pengiriman barang.


Keunggulan International Batik Center

IBC menampung kegiatan transaksi perdagangan dan pemasaran batik dalam partai kecil, menengah maupun besar, skala lokal, skala regional dan skala international.

Berlokasi di jalur utama pantura yang merupakan jalur perdagangan di Pulau Jawa, IBC menyediakan fasilitas antara lain: Business Center, ATM Center, Ruang serba Guna, Sistem Keamanan 24Jam, pemadam kebakaran, car call, dan sound system, serta dilengkapi sertifikat HGH Murni dan IMB.

Untuk membantu pengusaha kecil maka disediakan juga fasilitas kredit perbankan.




International batik center (IBC) di Pekalongan adalah sebuah kompleks yang dirancang untuk dapat menampung kegiatan transaksi perdagangan dan pemasaran batik, baik dalam partai kecil, menengah, maupun besar, dalam skala lokal, regional, maupun internasional.
Filosofi International Batik Center
Filosofi bangunan IBC yang mempunyai daya tarik tersendiri khususnya untuk para pembeli, yaitu dengan filosofi "Ngadepke Bundaran Ghede Mungkurake Pagunungan".

Dengan konsep yang bersahabat bagi para pembelinya, IBC ini dirancang dengan fasilitas 700 kios dengan berbagai ukuran, area workshop batik, museum batik, food court, sarana ibadah dan area parkir yang sangat luas.

Keuntungan, Kemudahan, dan Kenyamanan
Berlokasi di jalan utama Pantura, IBC tidak hanya akan dikunjungi oleh pembeli mancanegara saja, tetapi juga oleh para pengunjung domestik yang sedang melewati jalur utama antar kota tersebut.

Sekilas Kota Pekalongan
Dilihat dari budaya dan sejarah batiknya, Pekalongan adalah sebuah kota kecil yang berada di pantai Utara Jawa tengah. Kota ini terkenal akan seni batiknya. dalam sejarahnya, motif Batik Pekalongan diperkenalkan melalui pengaruh dari Belanda, Arab dan China. Pekalongan pernah menjadi pusat batik bagi bangsa Belanda pada tahun 1840 hingga 1940.

Ada dua daerah utama yang memproduksi batik di Kota Pekalongan, yaitu Kedungwuni dan Wiradesa. Pengaruh budaya China sangat mem-pengaruhi motif yang tersirat pada batik jenis ini, seperti motif naga, burung Hong dan lain-lain. Dengan eksistensi IBC ini, Pekalongan akan makin dikenal sebagai salah satu kota wisata batik di Indonesia yang dikelola oleh manajemen yang profesional, aktifitas pemasaran yang atraktif serta kalender even yang berkesinambungan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kamus Bahasa Jawa Dialek Pekalongan

Bahasa Jawa Pekalongan  atau  Dialek Pekalongan  adalah salah satu dari dialek-dialek  Bahasa Jawa  yang dituturkan di pesisir utara tanah Jawa, yaitu daerah  Jawa Tengah  terutama di  Kota Pekalongan  dan  Kabupaten Pekalongan . Dialek Pekalongan termasuk bahasa "antara" yang dipergunakan antara daerah  Tegal  (bagian barat),  Weleri  (bagian timur), dan daerah  Pegunungan Kendeng  (bagian selatan). Dialek Pekalongan termasuk dialek Bahasa Jawa yang "sederhana" namun "komunikatif". Meskipun ada di Jawa Tengah, dialek Pekalongan berbeda dengan daerah pesisir Jawa lainnya, contohnya Tegal, Weleri/Kendal, dan Semarang. Namun oleh orang  Jogya  atau  Solo , dialek itu termasuk kasar dan sulit dimengerti, sementara oleh orang Tegal dianggap termasuk dialek yang sederajat namun juga sulit dimengerti. Pada abad ke-15 hingga abad ke-17, Pekalongan termasuk daerah Kesultanan Mataram. Awalnya dialek Pekalongan tak berbeda dengan bahasa yang dipergunakan di d

asal usul desa desa di Kajen

KAJEN_ Desa Nyamok_ Nama yang aneh, unik untuk sebuah desa. Sering dikira Nyamuk, padahal penulisan dan pengucapan yang benar adalah NYAMOK, menggunakan huruf “o”. Kenapa diberi nama Nyamok? ada sebuah kisah yang mungkin bisa menjawab pertanyaan tersebut : Di wilayah Pekalongan bagian selatan ada Bupati bernama Luwuk. Beliau mencintai seorang gadis bernama Dewi Sekar Tanjung. Sang Bupati berkenan untuk melamar sang gadis, dalam perjalanannya Bupati Luwuk melihat hamparan semak-semak yang sangat luas. Dalam bahasa Jawa dikatakan’  nyamut-nyamut’,  setelah didekati ternyata di semak-semak tersebut banyak didapati pohon  “Keyam”  akhirnya tempat tersebut diberi nama “Nyamok”. Kajen_ Dahulu ada dua adipati yaitu :Adipati Wirokusumo bertempat tinggal di Penjarakan ( sekarang Domiyang, Paningggaran ) dan Adipati Wirodanu yang bertempat tinggal di Luwuk ( Pekiringanalit, Kajen ). Kedua hidup rukun meski hidup berjauhan. Dikisahkan, suatu ketika kedua adipati jalan-jalan ke de

Sejarah Desa Rowosari, Ulujami Pemalang

A.      Latar Belakang Masalah Desa Rowosari merupakan sebuah desa yang masuk di wilayah Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang, terletak di daerah  pantai utara ( pantura )  wilayah paling timur dari Kabupaten Pemalang ,  berbatasan dengan Kabupaten Pekalongan  yang dipisahkan oleh aliran sungai Sragi. Keberadaan Rowosari dapat dibuktikan berdasarkan berbagai temuan arkeologis. Temuan itu berupa punden berundak/candi, kuburan dan batu nisan di dukuh Jagalan (nisan etnis cina). Selain itu bukti arkeologis yang menunjukkan adanya unsur-unsur kebudayaan Islam juga dapat dihubungkan seperti adanya makam/kuburan Among Jiwo di pemakaman  Tenggulun/ Trenggulun , yang juga memiliki misi untuk mengislamkan penduduk setempat. Dewasa ini m asih banyak masyarakat yang belum mengetahui asal-usul tentang Desa Rowosari, baik dari sejarah maupun cerita rakyat, mitos, legenda yang membahas tentang Desa Rowosari, termasuk nama-nama  dan pengertian arti kata   dari masing-masing  dukuh/dusu