Pengertian
Nama Lebakbarang menurut Ki Kertijaya dan Ki Gede, Lebakbarang artinya sebuah lembah yang banyak tersimpan barang-barang berharga berupa senjata dan barang-barang berharga pada jaman Mataram. (Menurut Penelitian PT Sumber Mineral sepanjang aliran sungai mengandung tambang emas)
Disana terdapat makam yang dikeramatkan oleh masyarakat setempat yang dikenal dengan Puncak Makam Mahameru. Mahameru berasal dari bahasa Jawa (aksara jawa yaitu dari kata Maha : 17 (rakaat) dan mara 20 (sifat wujud Allah). Jadi Mahameru berarti 17 yang menandakan bahwa yang dimakamkan di Puncak Mahameru adalah para Aulia/Wali yang selalu mengamalkan ajaran islam.
Komplek Pemakaman Ki Ageng Mahameru terdiri dari 2 lokasi, yaitu :
Nama Lebakbarang menurut Ki Kertijaya dan Ki Gede, Lebakbarang artinya sebuah lembah yang banyak tersimpan barang-barang berharga berupa senjata dan barang-barang berharga pada jaman Mataram. (Menurut Penelitian PT Sumber Mineral sepanjang aliran sungai mengandung tambang emas)
Disana terdapat makam yang dikeramatkan oleh masyarakat setempat yang dikenal dengan Puncak Makam Mahameru. Mahameru berasal dari bahasa Jawa (aksara jawa yaitu dari kata Maha : 17 (rakaat) dan mara 20 (sifat wujud Allah). Jadi Mahameru berarti 17 yang menandakan bahwa yang dimakamkan di Puncak Mahameru adalah para Aulia/Wali yang selalu mengamalkan ajaran islam.
Komplek Pemakaman Ki Ageng Mahameru terdiri dari 2 lokasi, yaitu :
- Lokasi Bawah / Pohon Beringin
lokasi bawah adalah makam kakak beradik/ saudara kembar, yaitu :
- Ki Kertijaya
- Ki Anggayana
Keduanya berasal dari daerah Banjarnegara sebagai Prajurit Pangeran diponegoro pada Jaman Kerajaan Mataram. Ki Kertijaya masuk ke Lebakbarang pada tahun 1824 masehi.
- Lokasi Atas (Puncak Mahameru)
Pada lokasi puncak bersemayam Ki Sapto Perling dan Ki Ageng Mahameru berasal dari daerah Jogyakarta yang merupakan menantu dari Ki Kertijaya. Beliau masih memiliki keturunan darah biru dari Mataram sekaligus keturunan dari Majapahit dan juga seorang ulama pada jaman itu yang menjadi panutan dan pimpinan di kawasan Mahameru dan daerah sekitarnya.
LEBAKBARANG SEBAGAI PUSAT PEMERINTAHAN DARURAT
Perjalanan Perjuangan bangsa Indonesia dalam meraih dan mempertahankan kemerdekaan RI ini menyisakan kenangan heroik yang terpatri dalam sanubari seluruh rakyat dan mutlak untuk ditularkan pada generasi penerus bangsa.
Satu hal yang perlu dicatat adalah saat Agresi Militer Belanda Pertama Tahun 1947 yaitu Pindahnya Pusat Pemerintahan Karesidenan dan Kabupaten Pekalongan ke Lebakbarang. Ketika gema Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 terdengar dimana-mana dan pada bulan Juli 1947 tentara Belanda yang diboncengi NICA dan GHORKA tiba –tiba datang untuk menjajah kembali, sehingga Pemerintah Karesidenan Pekalongan akhirnya menyingkir /mengungsi, dimana daerah yang dipandang aman yaitu Kecamatan Lebakbarang. Selama kurang lebih satu bulan para pejabat berkantor di Lebakbarang tepatnya Kantor Residen dan kantor Bupati menempati Rumah Pesanggrahan milik seorang Belanda (Thomas) sedangkan kantor instansi lainnya menempati rumah penduduk.
Pada suatu pagi buta tanpa diduga tiba-tiba dari arah utara melewati Desa Mendolo dan Desa Kutorembet tentara Belanda menyerang yang mengakibatkan 2 orang pegawai staf Karesidenan Pekalongan gugur. Para pejabat Pemerintah akhirnya menghindar menyelamatkan diri pindah ke desa-desa lain seperti Desa Tembelangunung, Pamutuh, Depok dan Wonosido. Begitu pula pusat pemerintahan menjadi kacau dan berpindah-pindah menuju kearah Dieng, juga ke arah wilayah Wonosobo dan Magelang.
Betapapun sekejap mata memandang keberadaan Kecamatan Lebakbarang memiliki momentum sejarah penting yang tidak dapat dikesampingkan dalam rangkaian perjuangan mempertahankan Kemerdekaan RI yang kita cintai, hingga akhirnya untuk mmengenang sejarah Kecamatan Lebakbarang sebagai Pusat Pemerintahan Darurat Karesidenan dan Kabupaten Pekalongan semasa Class I yang juga sebagai basis pertahanan daerah selatan maka didirikanlah Monumen Perjuangan pada tahun 1962 dengan ukuran kurang lebih 2 m dan terletak di pinggiran Jalan Mahameru depan Mushola Al Ikhlas Lebakbarang. Selanjutnya atas beberapa pertimbangan para bekas pejuang , tokoh masyarakat dan pemerintah pada tahun 2002 Monumen dipindahkan dan direnovasi ke Halaman Rumah Dinas Camat yang saat ini berdiri dengan megahnya.
Kata Pepatah “ Bangsa yang besar adalah bangsa yang dapat menghargai jasa para Pahlawannya “
Komentar
Posting Komentar