Langsung ke konten utama

Kalimojosari dan Napak Tilasnya

                                 
Kalimojosari adalah sebuah desa di kecamatan Doro yang berbatasan langsung dengan kecamatan Kedungwuni dan Karang Dadap. Desa ini terdiri dari 7 dukuh, diantaranya Kaliketing, Mojokarang, Wonosari, Simbang, Dobyang, Pejaten, dan Bungkus.
Sebelum menjadi sebuah desa, Kalimojosari adalah hutan belantara, orang mengatakan alas gung liwang-liwung, sementara pusat kotanya ada di daerah atas seperti Rogeselo, Petungkriyono, dan Lebakbarang. Hal ini dibuktikan dengan penemuan beberapa situs sejarah di situ.
Kisah ini berawal dari pesta pernikahan putri raja di pusat kota. Raja memerintahkan kepada Adipati untuk mencari bunga sebanyak-banyaknya. Tersiar kabar bahwa di daerah utara ada hutan bunga. Namun untuk mencapai tempat tersebut tidaklah mudah, harus melewati sungai besar dan hutan belantara. Adipati bersama para prajurit harus menghadapi ikan-ikan yang ganas, orang menyebutnya ikan keting, mungkin bisa disamakan keganasannya dengan ikan piranha yang ada di sungai amazon. Setelah berhasil melewati sungai tersebut, adipati sawunggaling beristirahat di seberang sungai kemudian memberi nama tempat itu Kaliketing.
Semakin ke utara mereka menemukan hutan mojo, di sekelilingnya banyak buah mojo yang berjatuhan dan membatu, oleh karena itu daerah tersebut disebut mojokarang.
Setelah melewati hutan mojo, barulah adipati bersama prajuritnya tiba di tempat tujuan. Mereka benar-benar terpesona melihat hamparan bunga yang sangat luas, maka tempat itu diberi nama Wonosari yang artinya hutan bunga.
Sekembalinya ke kota raja,adipati melaporkan temuannya, kemudian dibukalah desa itu dengan nama Kalimojosari yaitu gabungan dari tiga tempat, Kaliketing, Mojokarang, dan Wonosari. (sumber : ngarangdw.com)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kamus Bahasa Jawa Dialek Pekalongan

Bahasa Jawa Pekalongan  atau  Dialek Pekalongan  adalah salah satu dari dialek-dialek  Bahasa Jawa  yang dituturkan di pesisir utara tanah Jawa, yaitu daerah  Jawa Tengah  terutama di  Kota Pekalongan  dan  Kabupaten Pekalongan . Dialek Pekalongan termasuk bahasa "antara" yang dipergunakan antara daerah  Tegal  (bagian barat),  Weleri  (bagian timur), dan daerah  Pegunungan Kendeng  (bagian selatan). Dialek Pekalongan termasuk dialek Bahasa Jawa yang "sederhana" namun "komunikatif". Meskipun ada di Jawa Tengah, dialek Pekalongan berbeda dengan daerah pesisir Jawa lainnya, contohnya Tegal, Weleri/Kendal, dan Semarang. Namun oleh orang  Jogya  atau  Solo , dialek itu termasuk kasar dan sulit dimengerti, sementara oleh orang Tegal dianggap termasuk dialek yang sederajat namun juga sulit dimengerti. Pada abad ke-15 hingga abad ke-17, Pekalongan termasuk daerah Kesultanan Mataram. Awalnya di...

Sejarah Desa Rowosari, Ulujami Pemalang

A.      Latar Belakang Masalah Desa Rowosari merupakan sebuah desa yang masuk di wilayah Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang, terletak di daerah  pantai utara ( pantura )  wilayah paling timur dari Kabupaten Pemalang ,  berbatasan dengan Kabupaten Pekalongan  yang dipisahkan oleh aliran sungai Sragi. Keberadaan Rowosari dapat dibuktikan berdasarkan berbagai temuan arkeologis. Temuan itu berupa punden berundak/candi, kuburan dan batu nisan di dukuh Jagalan (nisan etnis cina). Selain itu bukti arkeologis yang menunjukkan adanya unsur-unsur kebudayaan Islam juga dapat dihubungkan seperti adanya makam/kuburan Among Jiwo di pemakaman  Tenggulun/ Trenggulun , yang juga memiliki misi untuk mengislamkan penduduk setempat. Dewasa ini m asih banyak masyarakat yang belum mengetahui asal-usul tentang Desa Rowosari, baik dari sejarah maupun cerita rakyat, mitos, legenda yang membahas tentang Desa Rowosari, termasuk nama-nama  dan peng...

Sejarah Ponpes Ribatul Muta’allimin (Ribat) di Landungsari Pekalongan

Pondok Pesantren Ribatul Muta’allimin, Landungsari Pekalongan atau yang biasa juga disebut Pondok Grogolan, didirikan oleh almukarrom walmaghfur-lah K.H. Saelan pada tahun 1921 M. Beliau adalah putra dari kiai Muchsin bin Kiai Abdulloh ( Syaih Tholabuddin ) bin Kiai Chasan. Kiai Chasan ini adalah seorang kiai dari Kerajaan Mataram. Semasa muda, KH. Saelan mengaji dan menuntut ilmu kepada Kyai Maliki (Landungsari) dan Habib Hasyim (Pekalongan). Beliau juga nyantri kepada KH. Dimyati, Tremas, Pacitan dan Syaikhona KH.R. Cholil bin Abdul Latif atau biasa disebut Syeikh Cholil Bangkalan (Madura). Setelah berguru kepada kedua ulama besar tersebut, KH. Saelan kemudian mendirikan Pondok Pesantren di Desa Landungsari. Pada mulanya KH. Saelan mendirikan Pondok Pesantren dengan membangun sebuah surau (musholla) kecil yang sederhana dengan atap daun rumbia dan lantainya masih berupa tanah. Di surau itulah KH. Saelan mengajar santri-santrinya dengan sistem pengajian sorogan dan bandungan. Mul...