Langsung ke konten utama

Bendungan Padurekso Karanganyar

                                           

BENDUNGAN Pandurekso yang berdiri kokoh di Desa Karanggondang, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Pekalongan berpotensi dijadikan salah satu objek wisata di Kota Santri.
Hal tersebut kemarin ditegaskan Kepala Desa Karanggondang, Ibnu Sudiyono. Menurutnya, bendungan yang dibangun sejak zaman penjajahan Belanda, tepatnya tahun 1915. "Bendungan Pandurekso merupakan bangunan bersejarah yang sangat berpotensi jadi objek wisata," kata dia.
Dia mengemukakan, selain bangunannya bernilai sejarah, daya tarik dari bendungan itu adalah kejernihan serta derasnya aliran air, sehingga menimbulkan suara gemericik air yang jarang dijumpai di daerah perkotaan.
"Apabila akhir pekan, tepatnya hari Jumat hingga Minggu di kawasan Bendungan Pandurekso sering dikunjungi warga Kecamatan Karanganyar dan sekitarnya hanya untuk menikmati kejernihan serta suara gemericik aliran air di bendungan tersebut," ungkap dia.
Karenanya, lanjut dia apabila di kawasan itu dikelola dengan baik bukannya tidak mungkin Bendungan Pandurekso menjadi jujukan wisatawan dari luar daerah yang sengaja datang ke Desa Karanggondang untuk menikmati pemandangan alam dan kejernihan air di sana.
"Saya menyadari untuk mewujudkan hal itu tak mudah serta dibutuhkan investasi yang tidak sedikit, namun apabila ada keseriusan dari pemerintah bukannya tidak mungkin Bendungan Karanggondang bisa menjadi salah satu objek wisata di Kota Santri yang bisa menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD)," terangnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kamus Bahasa Jawa Dialek Pekalongan

Bahasa Jawa Pekalongan  atau  Dialek Pekalongan  adalah salah satu dari dialek-dialek  Bahasa Jawa  yang dituturkan di pesisir utara tanah Jawa, yaitu daerah  Jawa Tengah  terutama di  Kota Pekalongan  dan  Kabupaten Pekalongan . Dialek Pekalongan termasuk bahasa "antara" yang dipergunakan antara daerah  Tegal  (bagian barat),  Weleri  (bagian timur), dan daerah  Pegunungan Kendeng  (bagian selatan). Dialek Pekalongan termasuk dialek Bahasa Jawa yang "sederhana" namun "komunikatif". Meskipun ada di Jawa Tengah, dialek Pekalongan berbeda dengan daerah pesisir Jawa lainnya, contohnya Tegal, Weleri/Kendal, dan Semarang. Namun oleh orang  Jogya  atau  Solo , dialek itu termasuk kasar dan sulit dimengerti, sementara oleh orang Tegal dianggap termasuk dialek yang sederajat namun juga sulit dimengerti. Pada abad ke-15 hingga abad ke-17, Pekalongan termasuk daerah Kesultanan Mataram. Awalnya dialek Pekalongan tak berbeda dengan bahasa yang dipergunakan di d

asal usul desa desa di Kajen

KAJEN_ Desa Nyamok_ Nama yang aneh, unik untuk sebuah desa. Sering dikira Nyamuk, padahal penulisan dan pengucapan yang benar adalah NYAMOK, menggunakan huruf “o”. Kenapa diberi nama Nyamok? ada sebuah kisah yang mungkin bisa menjawab pertanyaan tersebut : Di wilayah Pekalongan bagian selatan ada Bupati bernama Luwuk. Beliau mencintai seorang gadis bernama Dewi Sekar Tanjung. Sang Bupati berkenan untuk melamar sang gadis, dalam perjalanannya Bupati Luwuk melihat hamparan semak-semak yang sangat luas. Dalam bahasa Jawa dikatakan’  nyamut-nyamut’,  setelah didekati ternyata di semak-semak tersebut banyak didapati pohon  “Keyam”  akhirnya tempat tersebut diberi nama “Nyamok”. Kajen_ Dahulu ada dua adipati yaitu :Adipati Wirokusumo bertempat tinggal di Penjarakan ( sekarang Domiyang, Paningggaran ) dan Adipati Wirodanu yang bertempat tinggal di Luwuk ( Pekiringanalit, Kajen ). Kedua hidup rukun meski hidup berjauhan. Dikisahkan, suatu ketika kedua adipati jalan-jalan ke de

Sejarah Desa Rowosari, Ulujami Pemalang

A.      Latar Belakang Masalah Desa Rowosari merupakan sebuah desa yang masuk di wilayah Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang, terletak di daerah  pantai utara ( pantura )  wilayah paling timur dari Kabupaten Pemalang ,  berbatasan dengan Kabupaten Pekalongan  yang dipisahkan oleh aliran sungai Sragi. Keberadaan Rowosari dapat dibuktikan berdasarkan berbagai temuan arkeologis. Temuan itu berupa punden berundak/candi, kuburan dan batu nisan di dukuh Jagalan (nisan etnis cina). Selain itu bukti arkeologis yang menunjukkan adanya unsur-unsur kebudayaan Islam juga dapat dihubungkan seperti adanya makam/kuburan Among Jiwo di pemakaman  Tenggulun/ Trenggulun , yang juga memiliki misi untuk mengislamkan penduduk setempat. Dewasa ini m asih banyak masyarakat yang belum mengetahui asal-usul tentang Desa Rowosari, baik dari sejarah maupun cerita rakyat, mitos, legenda yang membahas tentang Desa Rowosari, termasuk nama-nama  dan pengertian arti kata   dari masing-masing  dukuh/dusu