Langsung ke konten utama

Babalan Kidul dalam sejarah


SEJARAH DESA BABALANKIDUL
 Sejarah nama desa Babalankidul dilihat dari nama pedukuhan yang ada diwilayah desa Babalankidul tidak satupun ada nama pedukuhan yang bisa ditarik kesimpulan sebagai nama desa Babalankidul, begitu juga antar pedukuhan satu dengan lainnya tidak saling berkaitan, itu bisa dilihat dari peristiwa ataupun cerita rakyat yang selama ini kita dengar.
Namun demikian penulis mencoba mengungkap nama desa Babalankidul dari berbagai sumber yang ada yang dapat kami himpun baik dari sesepuh desa, tokoh masyarakat, tokoh agama / spiritual, cerita yang berkembang dimasyarakat ataupun sebuah fakta yang setidaknya mengarah pada kenyataan yang ada, didalam menyuguhkan dan menelusuri sejarah nama tersebut tidak menutup kemungkinan ada versi-versi lain diluar sepengetahuan kami.
Desa Babalankidul terbagi 4 (empat) wilayah pedukuhan, yaitu :
1.    JEMBANGAN
Dukuh Jembangan terletak diujung sebelah barat yang merupakan gerbang masuk desa Babalankidul dari arah barat yaitu berbatasan dengan desa Karangsari, Jembangan itu sendiri sudah membawa nama sejak keberadaannya yaitu tempat genangan air, dan secara fakta sampai sekarang tempat tersebut apabila hujan tiba selalu tergenang / banjir lokal.
Dari cerita masyarakat tempat tersebut merupakan sungai siluman yang mengalir dari Kesesi ke laut Jawa yang pernah dilalui perahu Kolodito yang melegenda untuk menuju ke Mataram.
2.    NGERDITAN
Pedukuhan Ngerditan terletak di tengah desa antara dukuh Jembangan dan dukuh Kemandungan, di pedukuhan Ngerditan ada sebuah pemakaman umum yang lebih sering dikenal dengan nama Pemakaman Tandhuk , asal muasal nama tersebut akan kami coba uraikan dengan berbekal informasi dari berbagai sumber yang ada atau cerita masyarakat yang berkembang selama ini, kami menggabungkan dari berbagai peristiwa, konon sebuah pengembaraan sekelompok prajurit Pangeran Diponegoro yang kebetulan bermukim sementara diwilayah tersebut, karena diantara sekelompok anggota keluarga prajurit ada yang melahirkan (bahasa jawa : babaran) yang kebetulan dari etnis cina yang tidak jelas untuk mengucapkan kata babaran (menjadi Babalan) kemudian masyarakat untuk mengenang daerah itu  menyebutnya dengan kata Babalan yang berasal dari kata babaran (melahirkan) konon kabarnya peristiwa tersebut bertepatan dengan hari Radite (bahasa jawa kawi yang berarti hari selasa) dengan berjalannya waktu ada pergeseran pengucapan Radite menjadiNgerdite/Ngerditan sehingga pedukuhan tersebut dikenal dengan nama Ngerditan . Dari kelahiran anak tersebut diharapkan menjadi orang yang berguna untuk meneruskan perjuangannya serta berperilaku santun / tawadhuk dan masyarakat lokal mengalami kesulitan pengucapanya, sehingga tawadhuk diucapkan menjadiTandhuk , dan sampai sekarang tempat tersebut oleh masyarakat dijadikan pemakaman umum dengan nama Pemakaman Tandhuk .
Adapun versi lain menyebutkan bahwa tanah yang digunakan untuk pemakaman adalah tanah milik dari seseorang yang bernama Tandhuk (Mbah Tandhuk) konon menurut cerita masyarakat sekitar merupakan tokoh yang dituakan.
3.    KEMANDUNGAN
Kemandungan merupakan nama pedukuhan yang ada di desa Babalankidul yang letaknya sebelah ujung timur dan menjadi pintu masuk desa dari sebelah timur yang berbatasan dengan desa Jajarwayang. Adanya cerita rakyat yang berkembang disana adalah Kemandungan (berasal dari kata : Mandung ) yang diambil dari nama seorang tokoh pemuka agama pada waktu itu, oleh masyarakat biasa disebut “Mbah Kyai Mandung” Beliau hidup ditempat itu sambil menyebarkan agama islam sampai akhir hayatnya di makamkan di dukuh tersebut sehingga dikenal sebagai pedukuhan Kemandungan dan sampai sekarang oleh masyarakat sekitar makam tersebut masih terawat dan digunakan untuk kegiatan religi.
4.    DUKUH / WATES
Pedukuhan Wates adalah Wates atau batas antara desa Babalankidul dengan desa Bojongminggir yang sebelah selatan, di pedukuhan tersebut terdapat suatu tempat yang dikenal Mbeji, Mbeji tersebut berasal dari kata Suroaji (Mbah Mbeji) yang merupakan tokoh yang mumpuni.
Adapun versi lain Mbeji berasal dari kata mbiji atau menilai, karena tempat tersebut digunakan oleh tentara Belanda untuk mengidentifikasi masyarakat pribumi apakah sebagai masyarakat sipil atau tentara / pejuang.
Dari sumber lain Mbeji itu nama lain daripada tersier atau saluraan air yang digunakan untuk irigasi pertanian dilingkungan itu.
KEWILAYAH DESA BABALANKIDUL
Dari keempat pedukuhan yang ada di Desa Babalankidul seiring dengan perkembangan zaman dalam pemerintahan di negara kita dalam rangka tertib administrasi kewilayahan sebutan pedukuhan berubah menjadi dusun, dukuh wates merupakan dukuh terkecil dan dihuni sedikit penduduk maka untuk itu dukuh wates digabung dengan dukuh yang berdekatan yaitu dukuh Ngerditan, jadi sekarang Desa Babalankidul mempunyai tiga Dusun dan tiap dusun mempunyai satu Rukun Warga (RW) jadi Desa Babalankidul mempunyai tiga Dusun dan tiga RW yaitu: DusunJembangan , Dusun Ngerditan , Dusun Kemandungan , RW.01, RW.02, dan RW.03 dan tiap Dusun atau RW terbagi dalam beberapa Rukun Tangga (RT), RW.01 ada 2 RT yaitu RT.01 dan RT.02, RW.02 ada 3 RT yaitu RT.03, RT.04, dan RT.05, dan RW.03 ada 2 RT yaitu RT.06 dan RT.07.

DESA BABALANKIDUL
Banyak versi yang menyebutkan sejarah nama desa Babalankidul, antara lain :
1.    Babaran menjadi Babalan
Pengembaraan sekelompok prajurit P. Diponegoro yang kebetulan bermukim sementara, karena diantara sekelompok anggota keluarga prajurit ada yang melahirkan (bahasa jawa:babaran) yang kebetulan dari etnis cina yang tidak jelas untuk mengucapkan kata babaran (menjadi babalan) kemudian masyarakat untuk mengenang daerah itu  menyebutnya dengan kata Babalan yang berasal dari kata babaran (melahirkan). Panambahan kata kidul dan lor karena adanya suatu pemekaran desa pada zaman Hindia Belanda dengan batas wilayah adalah sungai Rowokembu masyarakat sekitar menyebutnya Wangan Agung.
2.    Babal (bakal buah nangka) menjadi Babalan
Pada waktu pembuatan pemukiman dan babat alas terdapat banyak pohon nangka yang sedang musim bunga / babal (bakal buah nangka) sehingga daerah tersebut dikenal dengan nama Babalan.
3.    Mbobol menjadi Babalan
Pelarian seorang Adipati yang mencari selamat melaui daerah ini yang merupakan hutan belantara atau mbobol alas ke arah timur dan bermukim disuatu tempat, disana menyamar sebagai dalang dan melakukan pentas wayang sehingga dikenal dengan desa Jajarwayang sekarang, tujuan dari pementasan wayang tersebut untuk mengumpulkan prajurit yang bercerai berai, kata Babalan diambil dari kata Mbobol menjadi Babalan.
4.    Mbobol atau membuat saluran
Desa Babalankidul merupakan sebuah desa bentukan pemerintah Hindia Belanda untuk meningkatkan usaha pertanian dan perkebunan mereka, karena kepentingan mereka tersebut maka dibuatlah sebuah saluran air kemungkinan desa Babalankidul dan Babalanlor merupakan daerah pertanian dan perkebunan yang luas, saluran air tersebut dikenal sungai Rowokembu masyarakat sekitar menyebutnya dengan nama Wangan Agung sebagai saluran utama dan tepat diujung desa Babalankidul dan Babalanlor dibuatlah 2 (dua) saluran kecil / tersier yang keselatan menuju Babalankidul dan yang keutara menuju Babalanlor, dalam peristiwa pembuatan saluraan tersebut oleh masyarakat disebut dengan membobol kali karena ada dua bobolan yaitu bobolankidul dan bobolanlor inilah yang kemudian oleh masyarakat dikenal dengan nama desa Babalankidul dan desa Babalanlor adapun sungai Rowokembu (Wangan Agung) sebagai pembatas desa.
 
PENUTUP
Demikian yang dapat penulis sajikan perihal asal - usul nama desa Babalankidul dan Pedukuhan – Pedukuhan yang ada dalam wilayah desa Babalankidul, namun demikian tidak menutup kemungkinan masih banyak sumber yang lain diluar pengetahuan kami, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangatlah kami harapkan demi kelengkapan data – data untuk bahan penyempurnaan tulisan kami, terima kasih.

Komentar

  1. Maaf sebelumnya, bahwasanya Desa Babalankidul masih tetap terdiri dari 4 wilayah pedukuhan, yakni (Jembangan, ngerditan, kemandungan, dan wates)
    Terimakasih

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kamus Bahasa Jawa Dialek Pekalongan

Bahasa Jawa Pekalongan  atau  Dialek Pekalongan  adalah salah satu dari dialek-dialek  Bahasa Jawa  yang dituturkan di pesisir utara tanah Jawa, yaitu daerah  Jawa Tengah  terutama di  Kota Pekalongan  dan  Kabupaten Pekalongan . Dialek Pekalongan termasuk bahasa "antara" yang dipergunakan antara daerah  Tegal  (bagian barat),  Weleri  (bagian timur), dan daerah  Pegunungan Kendeng  (bagian selatan). Dialek Pekalongan termasuk dialek Bahasa Jawa yang "sederhana" namun "komunikatif". Meskipun ada di Jawa Tengah, dialek Pekalongan berbeda dengan daerah pesisir Jawa lainnya, contohnya Tegal, Weleri/Kendal, dan Semarang. Namun oleh orang  Jogya  atau  Solo , dialek itu termasuk kasar dan sulit dimengerti, sementara oleh orang Tegal dianggap termasuk dialek yang sederajat namun juga sulit dimengerti. Pada abad ke-15 hingga abad ke-17, Pekalongan termasuk daerah Kesultanan Mataram. Awalnya dialek Pekalongan tak berbeda dengan bahasa yang dipergunakan di d

asal usul desa desa di Kajen

KAJEN_ Desa Nyamok_ Nama yang aneh, unik untuk sebuah desa. Sering dikira Nyamuk, padahal penulisan dan pengucapan yang benar adalah NYAMOK, menggunakan huruf “o”. Kenapa diberi nama Nyamok? ada sebuah kisah yang mungkin bisa menjawab pertanyaan tersebut : Di wilayah Pekalongan bagian selatan ada Bupati bernama Luwuk. Beliau mencintai seorang gadis bernama Dewi Sekar Tanjung. Sang Bupati berkenan untuk melamar sang gadis, dalam perjalanannya Bupati Luwuk melihat hamparan semak-semak yang sangat luas. Dalam bahasa Jawa dikatakan’  nyamut-nyamut’,  setelah didekati ternyata di semak-semak tersebut banyak didapati pohon  “Keyam”  akhirnya tempat tersebut diberi nama “Nyamok”. Kajen_ Dahulu ada dua adipati yaitu :Adipati Wirokusumo bertempat tinggal di Penjarakan ( sekarang Domiyang, Paningggaran ) dan Adipati Wirodanu yang bertempat tinggal di Luwuk ( Pekiringanalit, Kajen ). Kedua hidup rukun meski hidup berjauhan. Dikisahkan, suatu ketika kedua adipati jalan-jalan ke de

Sejarah Desa Rowosari, Ulujami Pemalang

A.      Latar Belakang Masalah Desa Rowosari merupakan sebuah desa yang masuk di wilayah Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang, terletak di daerah  pantai utara ( pantura )  wilayah paling timur dari Kabupaten Pemalang ,  berbatasan dengan Kabupaten Pekalongan  yang dipisahkan oleh aliran sungai Sragi. Keberadaan Rowosari dapat dibuktikan berdasarkan berbagai temuan arkeologis. Temuan itu berupa punden berundak/candi, kuburan dan batu nisan di dukuh Jagalan (nisan etnis cina). Selain itu bukti arkeologis yang menunjukkan adanya unsur-unsur kebudayaan Islam juga dapat dihubungkan seperti adanya makam/kuburan Among Jiwo di pemakaman  Tenggulun/ Trenggulun , yang juga memiliki misi untuk mengislamkan penduduk setempat. Dewasa ini m asih banyak masyarakat yang belum mengetahui asal-usul tentang Desa Rowosari, baik dari sejarah maupun cerita rakyat, mitos, legenda yang membahas tentang Desa Rowosari, termasuk nama-nama  dan pengertian arti kata   dari masing-masing  dukuh/dusu