Menurut cerita tutur tetua masyarakat, sejarah Desa Karangdowo berasal dari datangnya dua orang perantau kakak beradik dari Jawa Timur, tepatnya dari Surabaya. Beliau bernama Tumenggung Kobar dan sang adik bernama Ki Ageng Cingkring. Keduanya beragama Budha Geni.
Setelah mengembara ke sana kemari, mereka mencari daerah yang dianggap cocok untuk bertempat tinggal. Dari situlah mereka menemukan seuah daerah di tepian sebuah sungai dan di tempat itu juga terhampar sebuah karang yang memanjang di sepanjang sungai sehingga Tumenggung Kobar dan Ki Ageng Cingkring menamakan daerah tersebut Karangdowo. "Karang" berarti tanah atau pekarangan, sedangkan "dowo" berarti panjang.
Tumenggung Kobar memiliki seorang anak laki-laki bernama Wongsopati. Wongsopati menganut agama Islam yang selanjutnya menjadi sesepuh di Desa Karangdowo. Tahun demi tahun, karena lanjut usia akhirnya Tumenggung Kobar meninggal dunia. Sebelum meninggal beliau berpesan agar jenazahnya dibakar. Akhirnya, sesuai pesan beliau dibakarlah jenazahnya. Pada saat pembakaran jenazah Tumenggung Kobar muncullah suatu keajaiban. Jenazah Tumenggung Kobar terangkat ke atas bersama asap yang membumbung tinggi ke angkasa seraya berpesan "Wahai anak cucu saya jangan ikuti kepercayaan saya, ikutlah kepercayaan Wongsopati dan bila ingin menemui saya datanglah ke Sigeseng". Sigeseng merupakan suatu tempat yang berada di tepi pantai daerah Comal, Kabupaten Pemalang. Demikianlah sejarah Desa Karangdowo yang berhasil didokumentasikan.
refrensi ; http://karangdowo-kedungwuni.blogspot.com/
Komentar
Posting Komentar