Langsung ke konten utama

Mitologi Berdirinya Desa Karang Dowo, Kedungwuni

                                                     

Menurut cerita tutur tetua masyarakat, sejarah Desa Karangdowo berasal dari datangnya dua orang perantau kakak beradik dari Jawa Timur, tepatnya dari Surabaya. Beliau bernama Tumenggung Kobar dan sang adik bernama Ki Ageng Cingkring. Keduanya beragama Budha Geni.

Setelah mengembara ke sana kemari, mereka mencari daerah yang dianggap cocok untuk bertempat tinggal. Dari situlah mereka menemukan seuah daerah di tepian sebuah sungai dan di tempat itu juga terhampar sebuah karang yang memanjang di sepanjang sungai sehingga Tumenggung Kobar dan Ki Ageng Cingkring menamakan daerah tersebut Karangdowo. "Karang" berarti tanah atau pekarangan, sedangkan "dowo" berarti panjang.

Tumenggung Kobar memiliki seorang anak laki-laki bernama Wongsopati. Wongsopati menganut agama Islam yang selanjutnya menjadi sesepuh di Desa Karangdowo. Tahun demi tahun, karena lanjut usia akhirnya Tumenggung Kobar meninggal dunia. Sebelum meninggal beliau berpesan agar jenazahnya dibakar. Akhirnya, sesuai pesan beliau dibakarlah jenazahnya. Pada saat pembakaran jenazah Tumenggung Kobar muncullah suatu keajaiban. Jenazah Tumenggung Kobar terangkat ke atas bersama asap yang membumbung tinggi ke angkasa seraya berpesan "Wahai anak cucu saya jangan ikuti kepercayaan saya, ikutlah kepercayaan Wongsopati dan bila ingin menemui saya datanglah ke Sigeseng". Sigeseng merupakan suatu tempat yang berada di tepi pantai daerah Comal, Kabupaten Pemalang. Demikianlah sejarah Desa Karangdowo yang berhasil didokumentasikan.

refrensi ;
http://karangdowo-kedungwuni.blogspot.com/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kamus Bahasa Jawa Dialek Pekalongan

Bahasa Jawa Pekalongan  atau  Dialek Pekalongan  adalah salah satu dari dialek-dialek  Bahasa Jawa  yang dituturkan di pesisir utara tanah Jawa, yaitu daerah  Jawa Tengah  terutama di  Kota Pekalongan  dan  Kabupaten Pekalongan . Dialek Pekalongan termasuk bahasa "antara" yang dipergunakan antara daerah  Tegal  (bagian barat),  Weleri  (bagian timur), dan daerah  Pegunungan Kendeng  (bagian selatan). Dialek Pekalongan termasuk dialek Bahasa Jawa yang "sederhana" namun "komunikatif". Meskipun ada di Jawa Tengah, dialek Pekalongan berbeda dengan daerah pesisir Jawa lainnya, contohnya Tegal, Weleri/Kendal, dan Semarang. Namun oleh orang  Jogya  atau  Solo , dialek itu termasuk kasar dan sulit dimengerti, sementara oleh orang Tegal dianggap termasuk dialek yang sederajat namun juga sulit dimengerti. Pada abad ke-15 hingga abad ke-17, Pekalongan termasuk daerah Kesultanan Mataram. Awalnya dialek Pekalongan tak berbeda dengan bahasa yang dipergunakan di d

asal usul desa desa di Kajen

KAJEN_ Desa Nyamok_ Nama yang aneh, unik untuk sebuah desa. Sering dikira Nyamuk, padahal penulisan dan pengucapan yang benar adalah NYAMOK, menggunakan huruf “o”. Kenapa diberi nama Nyamok? ada sebuah kisah yang mungkin bisa menjawab pertanyaan tersebut : Di wilayah Pekalongan bagian selatan ada Bupati bernama Luwuk. Beliau mencintai seorang gadis bernama Dewi Sekar Tanjung. Sang Bupati berkenan untuk melamar sang gadis, dalam perjalanannya Bupati Luwuk melihat hamparan semak-semak yang sangat luas. Dalam bahasa Jawa dikatakan’  nyamut-nyamut’,  setelah didekati ternyata di semak-semak tersebut banyak didapati pohon  “Keyam”  akhirnya tempat tersebut diberi nama “Nyamok”. Kajen_ Dahulu ada dua adipati yaitu :Adipati Wirokusumo bertempat tinggal di Penjarakan ( sekarang Domiyang, Paningggaran ) dan Adipati Wirodanu yang bertempat tinggal di Luwuk ( Pekiringanalit, Kajen ). Kedua hidup rukun meski hidup berjauhan. Dikisahkan, suatu ketika kedua adipati jalan-jalan ke de

Sejarah Desa Rowosari, Ulujami Pemalang

A.      Latar Belakang Masalah Desa Rowosari merupakan sebuah desa yang masuk di wilayah Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang, terletak di daerah  pantai utara ( pantura )  wilayah paling timur dari Kabupaten Pemalang ,  berbatasan dengan Kabupaten Pekalongan  yang dipisahkan oleh aliran sungai Sragi. Keberadaan Rowosari dapat dibuktikan berdasarkan berbagai temuan arkeologis. Temuan itu berupa punden berundak/candi, kuburan dan batu nisan di dukuh Jagalan (nisan etnis cina). Selain itu bukti arkeologis yang menunjukkan adanya unsur-unsur kebudayaan Islam juga dapat dihubungkan seperti adanya makam/kuburan Among Jiwo di pemakaman  Tenggulun/ Trenggulun , yang juga memiliki misi untuk mengislamkan penduduk setempat. Dewasa ini m asih banyak masyarakat yang belum mengetahui asal-usul tentang Desa Rowosari, baik dari sejarah maupun cerita rakyat, mitos, legenda yang membahas tentang Desa Rowosari, termasuk nama-nama  dan pengertian arti kata   dari masing-masing  dukuh/dusu